DOSEN GANTENG
Semua punya waktunya sendiri-sendiri
Gya berlari menuju gedung Fakultas Bisnis, mencari ruangan dengan nomor D-20. Dia sudah mengelilingi lantai 1 dan 2, tetapi tidak ada ruang dengan nomor D-20. Gya lantas membuka ponselnya melihat kembali jadwal mengajar Akssa dan memang benar Akssa mengajar di ruang D-20. Karena bingung, Gya memutuskan untuk bertanya pada salah satu mahasiswa.
“Permisi, mau tanya ruang D-20 mana ya ?”
“Oh itu lantai 4.”
Lantai 4 ? Itu berarti gedung paling tinggi, Gya harus melewati lift sayangnya lift dalam keadaan rusak.
“Yah, apes deh.” Gya merutuki dirinya sendiri sembari berjalan melewati anak tangga.
Setelah berhasil melewati ratusan anak tangga, sampailah Gya di lantai 4. Disana terpampang ruang D-20 tepat di depan mata. Gya membuka pintu dan ternyata sudah ada Akssa disana. Tumben, biasanya Akssa akan datang tiga puluh menit dari kontrak belajar yang telah disepakat. Jelas Gya hafal, karena dia selalu mencari informasi tentang Akssa. Jika dalam kontrak belajar tertulis pembelajaran dimulai jam sembilan, maka Akssa akan datang jam setengah sepuluh.
Gya menutup pintu sangat pelan hampir tak terdengar, kemudian dia melangkahkan kakinya perlahan supaya tidak terdengar, karena Akssa sedang sibuk menulis materi di whiteboard.
“Stop, saya tidak suka mahasiswa yang terlambat !” Suara Akssa begitu lantang, memang kedatangan Gya tidak terdengar tapi bayangannya terlihat jelas dari whiteboard.
“Siapa nama kamu?” tanya Akssa sembari menatap Gya dengan tatapan sadis.
“N-nama saya.” Gya gugup.
“Budi.”
“Rina, Pak.” beberapa mahasiswa menimpali.
“Diam semua !”
Mendengar ucapan Akssa, bukannya takut Gya justru merasa tersanjung dan merasa dibela. Namun, anggapan Gya salah, itu bukan pembelaan. Sebagai dosen, Akssa memang tidak suka jika mahasiswanya gaduh.
“Perkenalkan Pak Akssa, nama saya Gyandra Maheswari." Gya mengulurkan tangannya, tetapi Akssa hanya melihatnya kemudian Akssa mengambil kertas yang berisi daftar nama mahasiswa yang mengikuti kelasnya pagi ini. Namun, nama yang dia cari tidak tercantum disana.
“Nama kamu tidak ada dalam daftar nama mahasiswa saya.” sesekali Akssa memandang Gya kemudian melihat daftar absensi.
“Mungkin kelewatan Pak, coba dicek sekali lagi.” ucap Gya diiringi senyum meringis.
Akssa kembali melihat daftar nama dengan teliti, tetap saja tidak ada mahasiswanya yang bernama Gyandra, “Enggak ada, jangan-jangan kamu bohong sama saya ?”
Gya menghela nafas, mengumpulkan keberanian untuk menjawab, “Ehm, jagi gini pak saya itu mahasiswi jurusan fashion designer.” Gya mencoba memberikan senyuman yang manis sembari menyelipkan rambut panjangnya disela telinga kanan.
“Dan kamu masuk di kelas anak-anak bisnis.” ucap Akssa.
“Iya. jadi, saya itu mau-” Gya mencoba menjelaskan, tetapi saat ini otak dan bibirnya tak bisa bekerja sama dengan baik, dalam pikirnya Gya ingin menjelaskan tujuannya masuk ke dalam ruang D-20. Namun, bibirnya tak bisa berkata hanya terdiam.
“Sekarang kamu boleh keluar dan temui saya di kantor nanti jam sebelas tepat.” Jelas Akssa, tanpa senyuman. Air mukanya mendeskripsikan bahwa dia tidak suka dengan kehadiran Gya.
Gyandra keluar dengan perasaan sedih, tetapi jauh di lubuk hatinya dia bahagia. Karena, Akssa memintanya untuk datang ke kantor. Berbeda dengan mahasiswa lain yang tidak bisa tidur ketika berurusan dengan Akssa yang dikenal kiler, gadis yang memiliki tahi lalat di bawah bibir itu justru bahagia. Jika mahasiswa lain menghindari permasalahan dengan Akssa, Gyandra justru sengaja mencari masalah dengan dosen idolanya itu.
****
Gyandra menunggu jam 11.00 WIB di kantin bersama Elma dan Adrian.
“Apa ? Lo nanti disuruh ke ruangannya Pak Akssa ?” tanya Elma kaget. Gya mengangguk dan tersenyum manis.
Adrian hanya mendengarkan dua sahabat yang sedang berdebat.
“Mati lah kau !” Elma memperingati Gya.
“Kok mati ?” tanya Gya dengan polosnya. Adrian hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.