TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #5

SALAH PAHAM

SALAH PAHAM

Sepasang mata indah terus memandang langkahnya pergi.

Sepanjang perjalanan Gya hanya diam dan Adrian tahu, gadis itu merasa kesal dengannya.

“Kok, berhenti disini ?” protes Gya, ketika motor yang mereka tunggangi berhenti di depan supermarket.

“Mau beli cemilan buat anak-anak. Lo aja yang pilih. Ini uangnya.” dua uang seratus ribu dikeluarkan Adrian dari dompet.

Gya mendekap kedua tangannya di depan dada, dia masih kesal, “Enggak mau ah, kalau sendiri.”

“Ya, udah ayo sama gue.” Adrian turun dari motor.

Keduanya pun berjalan masuk ke dalam supermarket dan memilih beberapa cemilan. Seperti biasa Gya akan mencari kacang kulit open.

Gadis itu berkeliling, mencari cemilan kesukaannya. Akhirnya, dia melihat kacang kulit open yang berada diantara snack lainnya. Ia segera meraihnya, tetapi saat bersamaan ada seseorang yang juga mengambil kacang kulit open yang Gya inginkan.

“Pak Akssa.” Gya terkejut melihat seseorang berdiri di sampingnya.

“Gyandra. Kamu sama siapa ?” tanya Akssa yang juga sedikit kaget, namun sama sekali tak menunjukkan dia terkejut. Lelaki itu, masih terlihat tenang dan biasa saja.

Belum sempat Gya menjawab, Adrian datang dan berdiri tepat di belakang Gya membawa beberapa snack, “Gya, segini cukup enggak ?”

Gya menoleh, “I-iya Kak, cukup kok.” Gya yang sedikit bingung dengan situasi ini, berusaha menjawab pertanyaan Akssa dengan tenang walau sedikit gugup, “S-saya sama Kak Adrian, Pak. Dia ini mahasiswa Jurusan Kedokteran, mahasiswa akhir tepatnya.”

Akssa dan Adrian saling menyapa lewat senyum tipis.

“Oh. Kacangnya untuk kamu saja." Akssa lantas berjalan melewati Gya dan Adrian, tetapi tak berapa lama lelaki itu memutar badannya, "Gya, kamu jngan lupa kerjakan tugas dari saya. Jangan pacaran terus.” Setelah memberi pesan pada mahasiswanya, Akssa pergi meninggalkan Gya dan Adrian.

Ingin rasanya dia menjelaskan pada Akssa bahwa Adrian itu bukan pacarnya, tetapi bibirnya seolah terkunci. Dia hanya bisa diam dan sepasang mata indahnya terus memandang langkah Akssa yang berlalu pergi.

“Udah kali lihatnya, biasa aja.” ucap Adrian, menyadari sahabatnya mematung memperhatikan Akssa.

****

Setelah membeli beberapa cemilan untuk teman-temannya. Adrian dan Gya menuju be the one cafe. Cafe milik Baron, sang ketua SEMA (Senat Mahasiswa). Cafe dengan nuansa putih, yang didedikasikan untuk sahabat-sahabatnya Adrian, Elma dan Gyandra. Bermula dari pertemuan mereka dalam organisasi kampus membuat keempatnya semakin dekat dan menjadi sahabat.

Sampai di cafe, Gya tersenyum lebar. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa menginjakkan kaki di tempat ini.

Gya dan Adrian masuk ke dalam cafe. Be the one cafe memang tidak pernah sepi, tempatnya yang dekat dengan kampus membuat mahasiswa betah berlama-lama disana apalagi mahasiswa semester akhir yang sedang tancap gas mengerjakan skripsi. Baron memang menyulap cafe-nya sebagai tempat yang nyaman khususnya bagi mahasiswa.

Baron juga dengan sukarela menyediakan beberapa buku referensi untuk bahan skripsi. Beberapa buku sengaja ia beli, beberapa lagi hasil sumbangan dari teman-temannya. Harga yang bersahabat membuat be the one cafe juga menjadi alasan tersendiri, mengapa banyak mahasiswa memilih tempat ini.    

“Selamat sore Kakak, mau pesan apa ?” tanya seorang waiter menyambut kedatangan Gya dan Adrian.  

“Ehm, chocolate float 2 ya sama nasi goreng 1 sama friench fries 1. Nasi gorengnya pakai cabe merah aja, terus enggak pakai telur.”

Waiter bernama Diana segera menulis pesanan Adrian dan kembali menjalankan tugas.

“Masih ingat aja s,i Kak.”

“Apa sih Gya, yang enggak gue ingat tentang lo. Semuanya gue ingat.”

Adrian tahu segala tentang Gya. Bahkan sampai saat ini, Adrian masih setia dengan Gyandra. Mempertahankan perasaannya untuk Gya meskipun gadis itu hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Semenjak mengetahui perasaan Adrian kepadanya, Gyandra tak pernah berubah. Gya tetap Gya yang Adrian kenal dulu, dia tak pernah menghindari Adrian sedikit pun. Itulah mengapa persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik. Bagi Gya, semua orang berhak mencintai yang terpenting tidak memaksakan rasa cinta itu.

****

Setelah memesan makanan dan minuman, Gya dan Adrian berbaur bersama teman-temannya di rooftop. Disana sudah ada Baron, Elma, Puji, Arya, Raka dan Elsa bagian dari panitia inti. Seperti biasa mereka saling berjabat tangan ketika bertemu.

“Hai, guys.” Adrian menyapa teman-temannya dan meletakkan cemilan yang ia beli di supermarket.

“Hai. Wah, asik cemilan.”

“Langsung sikat nih.” Arya segera mengeluarkan beberapa cemilan dari kantong.

Lihat selengkapnya