TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #9

KENANGAN

KENANGAN

Selepas bertemu dengan Nuka juga Adrian, Gya segera menemui Pak Lek dan Bulek yang sudah menunggunya di tempat parkir. Hari ini, Gya harus kembali mencari alamat rumah sahabat Ayahnya.

Terlihat, si ireng berada di ujung dekat gerbang kampus. Gya bergegas menuju mobil sedan itu. Dia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang belakang.

“Pak Lek, Bulek.” ucap Gya menyapa Paman dan Bibinya.

“Eh, Ndhuk udah selesai urusannya ?” tanya Bulek sembari menikmati cemilan.

“Udah, kita berangkat sekarang ?”

“Tunggu sebentar.”

“Nunggu apa Pak Lek ?”

“Nunggu orang.”

Gya mengernyitkan dahi, bertanya-tanya siapa orang yang sedang ditunggu Pak Leknya.

“Siang Pak Lek, udah siap ?”

Seseorang datang dan mengambil tempat duduk di samping Gyandra, membuat gadis itu terperanjat.

“Kak Adrian ?”

“Hai, jodoh.” jawab Adrian menggoda Gyandra.

“Kak Adrian ngapain ?”

“Oh iya, Pak Lek lupa bilang sama kamu nduk. Kalau hari ini kita perginya sama Adrian. Pak Lek enggak tahu jalan jadi nanti Adrian jadi petunjuk jalan.” jelas Pak Lek.

“Tapi, kan bisa lihat google map, jangan ngerepotin orang Pak Lek.”

“Tenang aja Pak Lek, saya enggak merasa direpotkan. Malah, saya bahagia bisa bantu Pak Lek. Sekarang, lebih baik kita pindah ke mobil saya aja. Kasihan sedan ini kalau dipakai ke puncak.”

“Ide bagus itu, Nak Adrian.” Bulek terlihat antusias.

“Eh, enggak usah Kak Adrian.” Gya menolak dengan halus.

“Enggak apa-apa Gya, lo bayangin kalau kita pakai sedan ini terus mogok di jalan. Kan kasihan Pak Lek sama Bulek.” jelas Adrian.

Apa yang dikatakan Adrian benar, jalan menuju puncak berkelok dan tinggi. Dia ragu sedan tua milik pamannya bisa sampai ke tujuan tanpa kendala. Tetapi, Gya tidak ingin merepotkan orang lain, apalagi selama ini Adrian terlalu banyak membantu Gya.

****

Setelah memastikan mobilnya terkunci dengan baik, Pak Lek menyusul Gya dan Istrinya yang sudah berada di dalam mobil jeep milik Adrian. 

Sepanjang perjalanan Gyandra lebih memilih untuk memejamkan mata ingin tidur, tetapi tidak bisa. Pikirannya bermain kesana kemari padahal tubuhnya terasa lelah.

Adrian begitu menikmati perjalanan, tikungan tajam dan jalan yang berkelok bukanlah hal baru bagi lelaki penyuka olahraga off-road itu. Karena, dia sering melakukan touring bersama teman-teman komunitasnya.

Pak Lek asyik berbincang dengan Adrian. Menceritakan tentang banyak hal, tentang kehidupan Pak Lek di kampung, bagaimana Pak Lek mengurus perkebunan, suka duka hidup di kota atau pun desa. Mereka saling bertukar pengalaman.

Sosok Adrian yang asyik ketika diajak bercerita membuat semua orang yang dekat dengannya merasa nyaman. Termasuk Pak Lek. 

****

Hingga tak terasa, dua jam sudah perjalanan. Tibalah mereka di sebuah rumah klasik dengan nuansa tempo dulu yang terasa teduh. Begitu banyak tanaman yang mengelilingi rumah putih itu.

Pelatarannya begitu luas, dihiasi dengan rumput jepang yang tumbuh subur. Bunga lily putih yang berada di sisi kanan dan kiri jalan setapak menuju rumah juga menyambut kedatangan mereka. Di teras depan, terdapat kursi jengki yang terbuat dari rotan. Gya mengamati sekeliling. Meski sepi, tetapi atmosfer rumah ini begitu menyenangkan.

Pak Lek berjalan di depan bersama istrinya sedangkan Gya di belakang bersama Adrian. Gya bertanya-tanya dalam benaknya, mungkinkah ini rumah Bapak Ilham Alkatiri ? Rasanya, tak mungkin. Mengingat Pak Ilham adalah pemilik kebun teh. Gya juga mendengar dari Pak Lek, jika sahabat Ayahnya itu sudah sukses menjadi pengusaha dalam berbagai bidang. Mana mungkin, seorang pengusaha sukses rumahnya begitu sederhana jauh dari kata mewah. Mobil saja tak nampak disana hanya ada dua sepeda yang terparkir di garasi.

Lihat selengkapnya