TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #11

PESAN DARI AYAH

PESAN DARI AYAH

Adrian berjalan menemui Baron yang sedang berada di kantor BEM. Setibanya disana Baron menjelaskan bahwa kegiatan hari ini berjalan dengan lancar. Semua talent menguasai aksi panggung. Kini permasalahan hanya ada satu, siapa bintang tamu rahasia yang akan mengisi acara pentas seni. Sampai saat ini belum ada kesepakatan.

Adrian membawa angin segar. Dia memberi tahu bahwa bintang tamu yang akan mengisi acara pentas seni kampus Alexandria adalah Alvaro. Artis multitalenta yang sedang naik daun, prestasi dan kepopuleran yang dimilikinya diharapkan dapat menarik perhatian orang-orang. Apalagi nantinya, acara tersebut dapat disaksikan secara live streaming di kanal youtube kampus. Masalah jadwal, bisa diatur. Karena, sepupu Adrian adalah manager Alvaro. 

“Terus lo udah bilang ke Gya ?” tanya Baron seraya menyeruput kopi hitam miliknya.

“Belum.” jawab Adrian dengan wajah lesu.

“Lo seharian pergi sama Gya enggak ngomong itu ?”

“Enggak, ngomong kayak gitu kan nunggu waktu yang pas.”

“Emang lo mau nembak dia ? Sampai harus nunggu waktu yang pas.” timpal Baron.

Adrian hanya diam mendengar ocehan Baron tak ada tenaga untuk berdebat, karena hari ini dia benar-benar merasa lelah. Apalagi setelah melihat Gya menangis, suasana hatinya menjadi tak karuan.

****

Gya membersihkan diri selepas pulang dari Puncak. Surat yang ditunjukkan Karin masih memenuhi pikirannya. Gya masih ingat betul kata demi kata yang terususun rapi dalam surat itu. 

Gadis manis itu, merebahkan dirinya di spring bed setelah melaksanakan sholat isya’. Hari ini, dia harus tidur sendiri karena Elma harus pulang ke Purwokerto. Ada acara keluarga. Lebih tepatnya, pertemuan keluarga antara keluarga Elma dan keluarga Nuka. 

Baru saja, Gya hendak memejamkan mata. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. Membuatnya harus bangun untuk melihat siapa yang datang, dari jendela terlihat Pak Lek Basuki dan Bulek Parti.

Gya segera membuka pintu.

“Pak Lek, Bulek.”

“Udah bobok, Ndhuk ?” tanya Parti.

“Belum, Bulek. Ayo, masuk.”

Ketiganya pun masuk ke dalam kamar Gya.

Gya bingung dengan tujuan Pak Lek dan Bulek malam-malam datang ke kamarnya, sembari membawa map berwarna merah.

“Ndhuk, gimana kesan pertama setelah bertemu Pak Ilham dan Bu Karin ?” pertanyaan itu dilayangkan Basuki untuk Gya.

“Baik, Pak Lek.”

Baik, satu kata yang mewakili banyak hal tentang keluarga Ilham. Tak banyak yang Gya tahu tentang sahabat Ayahnya, tetapi melihat foto Ayahnya yang berada di ruang tamu rumahnya. Gya menyimpulkan bahwa Ilham adalah seseorang yang sangat menghargai sebuah persahabatan. 

“Mereka memang orang baik, hanya keadaan saja yang membuat kita harus berpisah sementara dengan keluarga mereka.” jelas Basuki.

“Oh, iya Ndhuk. Pak Lek sama Bulek kemari hanya ingin menyerahkan hakmu.”

Basuki menyerahkan map merah kepada keponakannya. Gya menerima seraya menebak-nebak apa isi dari map itu.

“Itu sertifikat rumah, atas nama kamu. Rumah peninggalan almarhum Mas Didi. Oh iya, Ndhuk. Pak Lek juga sudah mengirimkan uang hasil penjualan sayur mayur ke rekening kamu. Tabungan Ayahmu, juga sudah Pak Lek transfer ke rekeningmu.”

Lihat selengkapnya