NASIHAT ELMA
Gya dan Elma sudah berada di apartemen Anya. Keduanya berkunjung kembali ke apartemen Anya untuk menyampaikan sesuatu. Mereka duduk di sofa, suasana begitu senyap Anya masih diam memikirkan sesuatu hal yang baru saja disampaikan dua gadis di hadapannya. Gya dan Elma datang meminta bantuan pada Anya untuk menjadi bintang tamu di acara pentas seni, karena Alvaro bintang tamu yang seharusnya mengisi berhalangan hadir. Semua ini ide Adrian, dia yang meminta Gya dan Elma membujuk Anya, lelaki itu tahu bahwa Anya memiliki keinginan besar untuk kembali ke dunia entertain.
Anya masih termenung. Banyak sekali hal yang beradu dalam pikiran wanita itu. Tentang kesempatan yang seharusnya dia ambil atau tidak. Memang dia ingin kembali ke dunia hiburan yang telah membesarkan namanya, tetapi bukan dalam keadaan seperti ini.
“Kalau Kak Anya enggak mau, enggak apa-apa kok kita enggak paksa.” Gya memahami betul posisi Anya, pasti sulit untuk melakukannya.
“Ya. Tapi kalau bisa mau ya, Kak,” timpal Elma.
Ucapan Elma yang terkesan memaksa, membuat Gya menyenggol lengan tangannya. Seolah protes dengan kalimat yang dikeluarkan Elma. Sedangkan Elma meyakinkan Gya untuk terus membujuk Anya dengan kedipan mata.
Kali ini, Elma harus berhasil membujuk Anya. Jika bujukan Gya tidak mampu meluluhkan Anya, maka dia yang akan membujuk Anya sampai wanita itu berkata, iya. Bukan bermaksud memaksa, tetapi kehadiran Anya sangat diperlukan demi lancarnya acara pentas seni.
“Kak Anya, Elma janji akan mengabulkan permintaan Kakak asal Kakak mau jadi bintang tamu di acara kampus Alexandria." Elma terus saja mengeluarkan rayuan maut.
Anya masih diam. Dia sama sekali tak menggerakkan bibirnya.
Gya mendekati Anya, dia duduk di samping kursi roda wanita berhijab itu, “Kak, kalau menurut Gya ini adalah waktunya Kakak untuk kembali. Kembali dengan membawa sebuah inspirasi.”
"Iya, Kak. Ini saatnya Kakak temu kangen dengan para fans, aku yakin mereka pasti antusias dengan kembalinya Kakak," imbuh Elma.
Anya menghela nafas pelan, "Oke, aku mau. Tapi ada syaratnya," jawab Anya.
"Apa syaratnya ?" tanya Elma dan Gya serentak.
"Kalian harus bantu aku untuk menjelaskan kepada semua tentang apa yang sebenarnya terjadi, karena nanti pasti banyak pertanyaan, mengapa selama ini aku menghilang dari dunia entertain juga media sosial.”
"Iya, Kak janji. Kami akan bantu Kakak," jawab Gya dan Elma dengan kompak sambil menunjukkan jari kelingkingnya membuat Anya tersenyum melihatnya.
"Satu lagi, aku mau Elma kalian kasih kenang-kenangan buat aku. Terutama kamu Elma," jelas Anya.
"Aku ?" Elma menunjuk dirinya sendiri, bingung dengan ucapan Anya.
"Iya, kamu. Aku dengar dari Gya kamu itu hobi nulis di platform digital, aku mau kamu tulis kisah hidupku. Ya, lebih jelasnya kisah cinta aku." Raut wajah Anya terlihat sendu, ketika mengungkapkan permintaannya seperti ada sebuah penyesalan.
Elma menggaruk keningnya yang tidak gatal, dia bingung dengan permintaan Anya juga sedikit kesal karena tanpa sepengetahuannya Gya menceritakan hobi menulisnya.
"Gya, lo ngapain sih cerita-cerita ke Kak Anya soal hobi gue ?" bisik Elma lirih di telingan Gya. Ini tantangan baru bagi Elma. Ya, memang Elma sering menulis di platform digital. Namun, itu semua tulisan fiksi murni dari imajinasinya dia belum pernah menulis kisah hidup atau pun kisah cinta seseorang.
"Aku enggak cerita, waktu itu dia yang tanya hobi aku terus hobi kamu ... ya udah aku jawab apa adanya," jawab Gya dengan mendekat ke telinga Elma.
"Kalian, kenapa bisik-bisik ?" tanya Anya melihat dua orang di depannya saling berbisik.
"Eng-enggak, Kak. Lagi diskusi aja, gini Kak kalau bisa aku akan tulis cerita Kakak." Elma berusaha tersenyum meski terlihat tertekan.
"Harus bisa, Elma ...." Anya menatap Elma penuh harap.
"Jujur ... aku ingin mempersembahkan kisah itu untuk seseorang yang sangat aku cintai, lelaki yang benar-benar aku sayangi, tapi tidak akan pernah aku miliki." Suara Anya terdengar lirih, bibirnya bergetar. Gya dan Elma tak tahu bagaimana sebenarnya kisah cinta Anya, tetapi melihat kesedihan di wajah Anya pasti lelaki itu benar-benar berarti dalam hidupnya.
Gya dan Elma pun memutuskan untuk memeluk Anya.
"Kak Anya, jangan sedih. Elma janji akan menulis kisah cinta Kakak," ujar Elma.
Anya mengusap air matanya, "Maaf ya, aku jadi sedih karena terbawa suasana. Mendapat dukungan dari kalian membuat aku semangat tapi, aku jadi ingat sama masa lalu aku. Dulu, dia yang selalu mendukung aku saat aku berada dalam keadaan terpuruk. Tapi, sudahlah semua itu hanya kenangan."
"Sudah, sekarang saatnya Kak Anya untuk kembali berjuang menata hidup jangan terus melihat ke belakang, Kak." Gya mengusap lengan tangan Anya.