PUNCAK ACARA
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Acara pentas seni sudah siap digelar yang diawali dengan dibukanya bazar. Lapangan kampus dipenuhi dengan puluhan stand yang didirikan peserta bazar. Bazar kali ini cukup meriah karena diikuti oleh alumnni, mahasiswa, sponshorship, komunitas, perusahaan dan masyarakat umum. Hampir semua prodak UMKM tersedia disana, dari mulai makanan pokok, pakaian, kerajinan tangan dan yang sangat dinantikan yaitu bazar kuliner nusantara.
Sebagai salah satu panitia, Gya sangat senang ketika melihat antusias pengunjung bazar. Pagi ini, gadis itu mendampingi Baron untuk menemani Prof. Dr. Bari Atmaja, M.Pd , selaku Rektor Kampus Alexandria untuk berkunjung pada beberapa stand yang ada di bazar seraya bercengkerama dengan para pemilik usaha.
Gya dengan sabar dan sopan menjelaskan kepada Prof. Bari, perihal rundown acara hari ini. Gadis itu berjalan disamping Prof. Bari. Sedangkan, Baron berada di belakang bersama Akssa. Sebagai penanggung jawab acara, Akssa harus memastikan acara berjalan dengan baik dan lancar. Dia juga diminta Prof. Bari untuk menemaninya.
Sebenarnya, Gya enggan menuruti keinginan Baron untuk mendampingi Prof. Bari. Karena dia tahu, pasti ada Akssa disana. Namun, demi berlangsungnya acara Gya bersedia meski sedikit terpaksa.
Setelah lelah menemani Prof. Bari berkeliling dari stand satu ke stand yang lain Gya duduk di bangku panjang yang berada di taman belakang. Sedikit menepi dari keramaian yang ada. Tempat ini begitu teduh karena, berada tepat di bawah pohon beringin besar.
Gya meneguk air mineral dalam botol 500 ml, hingga tak bersisa. Tenggorokannya benar-benar kering, apalagi cuaca begitu terik. Gadis itu meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal seraya memejamkan mata. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh kulit tangannya, membuatnya tersentak dan membelalakkan mata.
“Kak Adrian ! Jahil banget !” seru Gya, melihat Adrian yang membawa sebotol air mineral dingin dan duduk disampingnya.
“Lagian lo ngapain, merem gitu ? Lagi mengkhayal apa ? Nih sarapan dulu.” Adrian sengaja membeli gudeg untuk Gya, dia tahu pasti Gya sudah rindu dengan makanan khas Jogja itu.
“Belum sarapan, kan ?”
Gya menggelengkan kepala. Memang, dia belum sempat untuk sarapan.
“Ya, udah makan.”
“Makasih, Kak. Tahu aja kesukaan Gya.” Gya menyantap gudeg dengan semangat, nafsu makannya semakin meningkat jika sudah bertemu dengan gudeg.
“Apa sih yang enggak gue tahu tentang lo. Sekarang aja lo mikir apa gue tahu.”
“Emang aku mikir apa ?”
“Perjodohan, kan ?”
Gya meletakkan sendoknya, nafsu makannya mendadak hilang. Tebakan Adrian sangat tepat. Gya memang sedang memikirkan perjodohannya dengan Akksa.
“Gya, sebagai sahabat lo. Gue enggak setuju sih dengan perjodohan yang dilakukan Pak Lek. Masa depan lo masih panjang,” ucap Adrian.
“Kak, bisa enggak jangan bahas itu dulu. Aku mau menikmati gudeg ini, nanti kalau kita bahas itu jadi enggak enak.” Gya mencoba mengalihkan permbicaraan.
****
Di sudut lain, Akssa melihat kebersamaan Adrian dan Gya di taman. Diam-diam, sejak pertemuannya dengan Gya tempo hari lelaki itu mengawasi setiap gerak gerik Gya di kampus. Bukan penasaran, dia hanya ingin memastikan bahwa penilaian kedua orang tua juga adiknya tentang Gya memang benar adanya.
Jujur saja, semenjak gagal menikah. Akssa menjadi selektif dalam mencari pendamping hidup. Tidak memprioritaskan karena dia lebih fokus untuk memperbaiki diri, bukan bermaksud pilah pilih tetapi, untuk masalah masa depan dan pendamping hidup Akssa tak bisa sembarangan. Kali ini dia benar-benar berhati-hati.
Beberapa pertanyaan hinggap di pikirannya. Tentang Gya juga Adrian. Ada hubungan apa diantara keduanya ? Tatapan Adrian kepada Gyandra berbeda. Akssa dapat melihat itu dengan jelas.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, GOR sudah dipenuhi ribuan penonton. Terdapat 4500 orang yang memenuhi gedung olahraga. Tiket terjual habis, bahkan ada banyak orang yang tak kebagian tiket. Demi mengurangi rasa kecewa, panitia memutuskan untuk melakukan live streaming acara pentas seni di channel youtube ataupun media sosial kampus.
Di belakang panggung semua panitia berkumpul, mereka membentuk sebuah lingkaran. Sebagai ketua panitia, Baron memimpin doa agar acara berjalan dengan lancar tanpa halangan apapun. Kemudian masing-masing panitia mengulurkan tangannya dan serempak mengangkat tangan ke atas seraya bersorak, “Kampus Alexandria, bisa, bisa, bisa !”
Suara tepuk tangan yang meriah mengawali acara pentas seni. Panggung semakin terlihat megah karena dihiasi lampu sorot yang memantulkan cahaya indah.
“Halo, selamat sore penonton semua ! Selamat datang di acara pentas seni Kampus Alexandria dengan tema Luxury Of Indonesia !” Irma dan Rendi selaku MC menyapa para penonton yang memenuhi tribun.
Sorak sorai penonton bersahutan membuat suasana GOR begitu ramai.
“Nah Irma, hari ini ada begitu banyak penampilan spektakuler dari mahasiswa-mahasiswi kampus Alexandria. Ada juga bintang tamu spesial yang masih kita rahasiakan nih. Aku jadi enggak sabar untuk menikmati pertunjukkan hari ini,” ucap Rendi, selaku MC.