RUNDOWN ACARA
Di ruang make up, Gya sibuk memeriksa dan membenahi gaunnya yang dirasa kurang rapi karena tadi dibawa menggunakan motor. Gadis itu tak melupakan kewajibannya sebagai panitia, dia memonitor acara dari ruang make up dan terus berkomunikasi dengan panitia yang lain lewat HT.
“Assalamualaikum.” Dua yang memakai pakaian serba hitam juga kaca mata hitam datang menemui Gya di ruang make up. Membuat Gya bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia. Apalagi orang itu memakai masker berwarna hitam.
“Waalaikumsalam.” Gya menghampiri seraya menerka-nerka siapa yang datang.
“Kak Anya, Kak Ziva. Makasih ya kalian udah datang dan mau bantu acara ini.”
Ya, seseorang itu adalah Anya yang datang ditemani Ziva. Wanita itu mendorong kursi roda Anya dengan sabar.
“Sama-sama Gya, kami senang bisa membantu kamu.”
“Ya udah kalau gitu, aku rias wajah kamu ya. Biar nanti kelihatan fresh,” ucap Ziva sembari mendorong kursi roda Anya dan mengarahkan pada cermin.
Anya memandang wajahnya di depan benda yang memantulkan bayangan dirinya, sudah lama rasanya dia tidak pernah merias wajah. Padahal, dulu dia begitu akrab dengan make up. Setiap hari dia tak pernah lepas dari benda itu.
“Oh iya, Kak Anya. Nanti Kakak akan tampil jam delapan dan aku akan mengantar Kakak untuk naik ke atas panggung.”
“Oke, Gya.”
****
Elma membawa Nilam untuk menemui Gya yang sedang berada di GOR memantau jalannya acara. Setelah bertemu dengan Anya dan Ziva, Gya memang kembali ke GOR. Elma sempat bingung mencari keberadaan Gya diantara puluhan orang yang berada di area panggung. Matanya mengamati sekitar. Tangannya masih menggandeng tangan Nilam begitu erat.
Elma berusaha menghubungi Gya dengan menggunakan HT juga handphone tetapi, tak ada respon. Dia pun mengajak Nilam untuk mencari Gya, mereka berputar di sekeliling panggung. Akhirnya, setelah lima belas menit mencari. Elma menemukan sosok Gyandra yang berada di sebelah barat panggung tepat di dekat sound system pantas saja dia tak merespon panggilan Elma. Gya terlihat menikmati pertunjukkan drama komedi yang sedang berlangsung.
Elma pun bergegas menghampiri Gya, “Hih !” Gadis itu mencubit lengan tangan sahabatnya, membuat Gya mengeluh kesakitan dan mengusap lengan tangannya.
“Elma, jahat banget sih !” gerutu Gya.
“Biarin aja, lo itu sadar enggak sih gue bantu lo buat cari model eh lo malah disini enak-enakan.”
“Bukan enak-enakan, aku tadi bantu Raka ambil beberapa foto buat dokumentasi. Oh iya, udah dapat modelnya ?” tanya Gya. Elma mengangguk sembari tersenyum senang.
“Siapa ?” tanya Gya sekali lagi.
“Lo tunggu sini dulu.” Elma berjalan menghampiri Nilam yang berada di dekat tribun penonton.
“Tada !” Elma membawa Nilam di hadapan Gya, membuat gadis itu terkejut, “Kok, ada Nilam ?”
Nilam memang sengaja datang untuk melihat acara pentas seni, Akssa memberi hadiah tiket untuk melihat pertunjukan pentas seni bersama teman-temannya. Namun, dia tak menyangka bertemu dengan panitia acara yang tak lain adalah Elma dan Gya.
Gya menarik tangan sahabatnya dan membawanya jauh dari sound system. Gadis itu protes pada sahabatnya dan menolak usulan Elma.“Elma. Nilam itu orang luar, lagi pula temen kita juga banyak kok.”
“Iya, temen kita banyak. Tapi, enggak ada yang mau bantu lo buat jadi model. Udahlah enggak apa-apa.”
Elma terus meyakinkan Gya, lagi pula Nilam tidak keberatan. Dia malah senang, bisa membantu Gya sekaligus menjadi model. Nilam ikhlas membantu calon kakak iparnya.
****