TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #22

CERITA HATI

CERITA HATI

Cuaca pagi ini begitu abu-abu. Matahari tak menampakkan cahaya pun hujan tak turun, yang terlihat hanyalah mendung. Dari balik jendela, terlihat jajaran pepohonan pinus mengiringi perjalanan Gya. Gadis itu duduk di samping kursi kemudi, lamat-lamat matanya melihat ke arah luar menikmati pemandangan yang ada.

 “Gya, kamu ngantuk ?” tanya seseorang yang berada di samping Gya. Seseorang itu adalah Al atau Akssa. Pertanyaan itu dilontarkan, karena sejak berangkat Gya hanya diam.

“Enggak. Gya cuma menikmati pemandangan aja.”

Di kursi penumpang belakang, ada Nilam dan Elma yang sedang sibuk berbincang. Mereka membicarakan perihal konsep dalam acara pernikahan juga mencari tempat yang cocok untuk menyelenggarakan acara pernikahan.

“Oh iya, by the way Pak Akssa sama Gya mau konsep yang seperti apa ? Untuk acara pernikahan kalian.”

Pertanyaan Elma membuat Akssa dan Gya saling memandang satu sama lain.

“Iya nih, kalian pengin indoor atau outdoor ? Nilam siap jadi wedding organizer, ya anggap aja itu hadiah dari Nilam buat pernikahan Kak Al dan Kak Gya,” Nilam menimpali pertanyaan Elma. 

Tak ada respon untuk pertanyaan Nilam dan Elma. Akssa lebih memilih untuk fokus menyetir sedangkan Gya menikmati pemandangan yang ada di sepanjang perjalanan.

Pernikahan Akssa dan Gya memang semakin dekat, tinggal menghitung hari. Jujur saja, gadis itu sempat tak percaya ketika Akssa bersedia dijodohkan dengannya. Apalagi, sebelum pulang ke Ambarawa, Bulek Parti pernah bercerita bahwa sulit bagi Akssa untuk membuka hati, tetapi setelah acara pentas seni berlangsung lelaki itu berubah pikiran. Dia bersedia menerima perjodohan dan meminta agar pernikahannya dipercepat.

Gya bahagia mendengar kabar itu. Namun, ada begitu banyak tanya dalam benaknya. Apa yang membuat Akssa bersedia menerima perjodohan ini ? Mengapa Akssa berubah pikiran ? Bagaimana nanti, kehidupan Akssa bersama Gya ? Semua bercampur menjadi satu. Bahkan belakangan Gya jadi sulit untuk tidur, karena terlalu memikirkan perihal dirinya dan Akssa.

Berbeda dengan Gya, Akssa terlihat lebih santai. Dia menjalani hidup seperti sebelumnya. Hanya saja, semenjak memutuskan untuk menerima perjodohan dengan Gya lelaki itu menjadi lebih perhatian pada Gyandra.

Seperti pagi ini, Akssa mengantar Gya menuju rumah singgah penderita kanker. Sebenarnya, bisa saja Gya berangkat bersama teman-temannya naik bus kampus, tetapi Nilam dan Elma membujuk Gya agar mau berangkat bersama Akssa.

****

Dua jam berlalu, mobil Akssa memasuki sebuah halaman yang luas. Bangunan yang didominasi warna putih sudah ada di depan mata. Akssa dan Gya segera turun dari mobil disusul Nilam dan Elma. Tak berapa lama, bus kampus yang membawa rombongan teman-teman Gya juga datang. Satu per satu dari mereka turun dan mengambil beberapa hadiah yang mereka bawa untuk anak-anak yang sedang berjuang melawan kanker.

Melihat Adrian yang keberatan, Gya menghampirinya berniat untuk membantu.

“Kak Adrian, biar aku bantu,” ucap Gya.

“Enggak usah,” jawab Adrian singkat tak ada basa basi seperti yang biasa dia lakukan pada Gya.

Reaksi yang diberikan Adrian membuat Gya mengambil nafas panjang.

Sikap Adrian berubah menjadi dingin setelah mengetahui kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan dan kenyataan bahwa Gya akan menjadi milik orang lain. Gya tak bisa menyalahkan sikap Adrian. Mungkin sikapnya adalah bentuk rasa kecewa pada gadis yang tak bisa membalas perasaannya.

Gya memahami perasaan Adrian, mungkin butuh waktu bagi Adrian untuk menerima semua ini.

****

Flashback

Malam setelah pentas seni berlangsung.

Gya yang masih memakai kaos seragam panitia yang dibalut dengan jas almamater berlari menuju tempat parkir, dia harus menemui Anya untuk mengantar tas miliknya yang tertinggal di ruang make up.

Terlihat Adrian berada disana mengantar Ziva dan Anya.

“Kak Anya, ini tas Kakak ketinggalan.” Gya menyerahkan handbag warna hitam milik Anya.

“Makasih ya, Gya.”

“Oh iya, Gya juga mau mengucapkan banyak terima kasih karena Kak Anya sudah bersedia membantu Gya dan teman-teman.”

“Sama-sama Gya."

Saat Gya sedang asyik berbincang dengan Anya tiba-tiba saja Nilam datang menghampiri Gya, “Kak Gya.”

Kedatangan Nilam membuat suasana menjadi hening, tatapan mata Adrian menyiratkan seolah keberatan dengan kehadiran remaja itu. Begitu pula dengan Anya yang menatap Nilam penuh arti. Seperti ada sesuatu hal yang ingin diucapkan.

“Bocil ngapain sih kesini ?” celetuk Adrian.

“Yang pasti Nilam ke sini bukan untuk mencari Kak Adrian, tapii buat jemput calon kakak ipar,” jawab Nilam sembari mengurai senyum, membuat dua gigi kelincinya terlihat.

Mendengar jawaban Nilam, semua melihat ke arah Gya seolah bertanya. Gya tersenyum malu. Untuk mencairkan suasana, Gya mengalihkan pembicaraan dengan memperkenalkan Nilam pada Ziva dan Anya.

Lihat selengkapnya