TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #23

BIMBANG

BIMBANG

"Pak Akssa."

Gya benar-benar terkejut ketika Akssa tiba-tiba menghampirinya.

Melihat kedatangan Akssa, seketika Gya berdiri. Sedangkan Adrian menyimpan kembali cincin yang dia beli untuk Gyandra.

“Kalian kok disini ? Ayo, ke aula. Saatnya kita kasih santunan ke anak-anak,” ucap Elma, yang menyusul Akssa, Adrian dan Gya. Hal itu sedikit membantu Gya yang kebingungan dengan keadaan siang ini. Gya tak bisa berkata-kata. Dia juga tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini.

Di sisi lain, dia ingin menjalankan pesan yang diberikan almarhum Ayahnya, tetapi di sisi lain dia juga tidak ingin menyakiti Adrian. “Apa dalam cinta selalu ada pihak yang tersakiti ? Jika ya, aku tidak ingin menjadi penyebab seseorang merasakan sakit hati,” ucap Gya dalam hati.

Adrian merapikan rambutnya yang gondrong kemudian mengikatnya tinggi. Lelaki itu lalu bangkit dari tempat duduknya.

“Ayo Ma, kita ke sana.”

Tanpa basa-basi pada Akssa dan Gya, Adrian pergi meninggalkan keduanya.

“Gya, are you okay ?” tanya Akssa melihat wajah Gya yang pucat pasi.

Gya tak mengeluarkan suara dia hanya mengangguk sembari berharap Akssa tak mendengar pembicaraan antara dirinya dengan Adrian. Keduanya menyusul teman-teman di aula.

Siang ini, hanya kursi panjang juga pohon mangga yang menjadi saksi bisu pembicaraan Adrian dan Gya. Gadis itu tak ingin memperpanjang masalah dengan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Akssa.

****

Beberapa hari berlalu, hari pernikahan Gya semakin dekat. Berbagai persiapan dilakukan, termasuk mengurus segala keperluan administrasi. Semua orang terdekat dengan penuh antusias membantu segala kebutuhan, termasuk Elma dan Baron. Nilam juga begitu semangat menjadi wedding organizer dadakan.

Namun, ada hal yang mengganjal dalam hatinya, karena hubungan Gya dengan Adrian tak kunjung membaik. Semenjak kejadian di rumah singgah, Adrian seolah menghilang. Gya sudah berusaha menghubungi, tetapi tak ada jawaban darinya.

Terakhir yang Gya dengar dari Baron, Adrian sibuk menyelesaikan skripsi. Beberapa bulan ini Adrian juga sering menghabiskan waktu dengan sang ayah. Gya senang mendengar kabar itu, setidaknya hubungan Adrian dan Prof. Mahendra kembali hangat meski sebelumnya sempat merenggang.

Chat grup be the one yang dihuni empat orang begitu ramai, Elma dan Baron adalah pelakunya. 

Elma :“Sepi amat nih grup, udah kayak kuburan !”

Baron : “Tau ! Pada kemana ? Woy !”

Tak ada balasan dari Gya ataupun Adrian. Baron memutuskan untuk mengirimkan pesan sebanyak mungkin pada grup begitu pula dengan Elma.

Adrian : “Kalian ngapain sih ? Enggak jelas ! Ganggu aja !”

Baron : “Kalau enggak kayak gitu, lo enggak akan muncul !”

Adrian : “Terus kalau gue muncul, kalian mau apa ?”

Elma : “Mau ajak lo traveling, hangout !”

Gya baru saja membuka ponsel, setelah menunaikan sholat isya’. Hari ini dia di kos sendiri, karena Elma menginap di rumah bibinya. Gya terkejut ketika melihat panel notifikasi yang menunjukkan ada 350 pesan dari grup be the one  yang belum terbaca. Dia bergegas membaca chat.

Gya : “Maaf guys, baru muncul. Emang mau kemana ?” Gya membalas chat di grup.

Adrian : “Gue mau hangout dengan syarat, gue yang pilih tempatnya.”

Baron : “Oke demi be the one, kali ini gue nurut sama lo !”

Elma : “Gue juga.”

Lihat selengkapnya