BEAUTIFUL DAY
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari dimana Akssa dan Gya akan mengikat janji pernikahan di hadapan kedua orang tua. Jum’at, menjadi hari pilihan untuk melangsungkan pernikahan.
Masjid Al Quddus yang letaknya tak jauh dari kediaman Ilham menjadi saksi hari bahagia Gya juga Akssa. Keluarga juga kerabat dekat kedua mempelai sudah berada di masjid bernuansa putih itu untuk menyaksikan ijab kabul yang akan diucapkan oleh Akssa.
“Saya terima nikah dan kawinnya, Gyandra Maheswari binti almarhum Didi Triatmojo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu unit rumah dibayar tunai," ucap Akssa dengan lantang.
“Bagaimana, para saksi ? Sah ?”
“SAH.”
“Baarakallahu Laka Wa Baaraka ‘Alaika Wa Jama’a Bainakuma Fii Khoir.”
"Aamiin."
Akssa berhasil mengucapkan ijab kabul dengan satu helaan nafas, membuat Gya tak henti-hentinya mengucap syukur.
Gya yang sebelumnya berada di tempat terpisah, keluar untuk menemui Akssa didampingi Karin dan Parti.
Gya terlihat anggun, dia mengenakan gaun pengantin muslimah berwarna putih dengan sentuhan modern. Detil bahu layaknya cinderella, memberi kesan elegan. Kerudung berwarna putih, membuat aura kecantikan semakin terpancar di wajahnya. Kebahagiaan jelas terasa, tak berhenti wanita itu mengulumkan senyum manis.
Jantung Gya berdegub kencang ketika jarak antara dirinya dengan Akssa semakin dekat. Telapak tangannya dingin bahkan kakinya sempat gemetar, dia bena-benar gugup. Ini seperti mimpi, tetapi ini nyata. Seseorang yang berada di hadapannya adalah Akssa.
Apa kalian pernah merasakan kebahagiaan seperti ini ? Bersanding dengan seseorang yang selama ini kalian kagumi. Rasanya tak ada satu katapun yang mampu mendeskripsikan perasaan Gya.
Ketika berhadapan dengan Akssa, Gya mencoba mengatur nafasnya supaya rasa gugup di hatinya berkurang. Perlahan dia meraih tangan dan mencium punggung tangan suaminya. Bukan hanya Gya yang merasa ini seperti mimpi, tetapi Akssa pun merasakan hal yang sama. Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak juga pikirannya untuk menikah dalam waktu dekat, bersama orang yang tak pernah dia sangka sebelumnya.
Akssa menyematkan cincin di jari manis Gyandra. Cincin berlian itu merupakan cincin pernikahan Kakek dan Nenek Akssa-orang tua Karin. Karin sengaja memberikannya pada Akssa.
Perasaan Gya bercampur menjadi satu ketika harus melakukan prosesi sungkeman, dia bahagia, tetapi dia juga sedih ketika menyadari bahwa sang ayah tak berada di sampingnya untuk menjadi wali nikah. Meski Basuki ada untuk menggantikan posisi Didi, tetap saja Gya merasa ada yang kurang. Gya tak mampu lagi membendung air matanya, wanita itu mencoba menahan tetapi justru dadanya terasa sesak.
Akssa mengusap halus kedua pipi Gya. “Kamu boleh menangis, tetapi saya harap tangisan itu adalah tangis bahagia,” Akssa berbicara dengan lirih.
Ucapan Akssa cukup membuat hati Gya merasa tenang. Dia tidak ingin merusak hari bahagia ini.
****
Suasana di kediaman Alkatiri cukup ramai, deratan mobil memadati pelataran rumahnya. Satu per satu tamu yang memakai dress code putih turun dari mobil dan berjalan menuju halaman belakang melewati pintu samping yang telah didekorasi dengan bunga mawar merah yang berjajar rapi sepanjang jalan setapak.
Begitu banyak karangan bunga dari teman, juga kolega bisnis yang berisi ucapan selamat menempuh hidup baru untuk Tuan dan Nyonya Akssa.
Setelah melakukan akad nikah di Masjid Al Quddus, Akssa dan Gya kembali ke kediaman Ilham Akatiri. Karena, pesta pernikahan Akssa dan Gya akan di gelar tepat di halaman belakang rumah. Mobil VW klasik milik Baron yang telah dihiasi beberapa bunga mengantar kedua sejoli.