MENYAMBUT TAMU
Suasana malam di kediaman Ilham masih ramai, beberapa tamu datang silih berganti. Dekorasi di halaman belakang masih tertata dengan rapi, lentera yang menggantung membuat suasana malam ini begitu romantis.
Akssa dan Gya baru selesai menikmati makan malam di ruang makan, ketika Nilam datang dengan terengah-engah. “Kak ! Gawat !” ucap Nilam panik.
“Gawat kenapa ?” tanya Akssa seraya beranjak dari tempat duduknya.
“Itu ada ... ada ... udah ikut aku aja !” Nilam tak sempat menjelaskan, gadis itu langsung berlari.
Melihat Nilam yang panik, Akssa dan Gya pun menyusul adiknya.
Mereka berlari menuju halaman belakang, betapa terkejutnya Akssa ketika ia mendapati sahabat-sahabatnya semasa SMA berada disana. Semua kompak memakai dress dengan atasan putih dan bawahan berwarna cream. Mereka juga menyalakan kembang api, membuat Akssa dan Gya terpana.
“Surprise !”
Setelah memberi hadiah pada sang Kakak dengan membuat dekorasi pernikahan yang begitu apik, Nilam kembali memberi kejutan dengan mendatangkan sahabat SMA Akssa. Nilam tahu sudah beberapa tahun lamanya Akssa tak pernah bertemu dengan sahabatnya, karena kesibukan masing-masing.
Akssa menggenggam tangan Gyandra dan menggandenganya untuk menemui sahabat-sahabatnya. Apa yang dilakukan Akssa membuat jantung Gya berdebar-debar.
Dengan bangga, Akssa memperkenalkan Gya pada enam sahabatnya. Salah satu diantaranya seorang wanita cantik dengan model rambut bob. Wanita itu mendekati Akssa seperti ingin memeluk, tetapi dengan sigap Akssa menghidar.
Gya tak nyaman melihatnya, dia lebih memilih memalingkan wajah. Akssa menyadari yang menyadari hal itu segera memperkenalkan sahabat wanitanya itu pada Gya.
“Ehm, Nada kenalin ini istriku. Namanya Gyandra.”
“Hai, Gyandra aku Nada sahabat Akssa.”
Gya membalas uluran tangan Nada. “Gya.”
Bagi Gya, sikap Nada terkesan agresif. Namun, bagi wanita yang sudah lama tinggal di Belanda itu hal yang dilakukan biasa. Sekedar pelukan persahabatan.
****
Berada diantara sahabat-sahabat Akssa membuat Gya canggung. Akssa terlihat asyik berbincang dengan sahabat lelakinya. Bertukar cerita dan pengalaman. Gya hanya menjadi pendengar setia. Beberapa kali dia berusaha membuka pembicaraan dengan Nada, tetapi jawaban wanita itu begitu singkat dan raut wajahnya menunjukkan ekspresi tidak suka.
“Oh iya, Akssa. Gimana kabar si Aya ?” Nada melontarkan pertanyaan yang membuat perbincangan antara Akssa dan sahabatnya berhenti.
"Aya ? Siapa Aya ?" batin Gya bertanya-tanya.
“Nada ... Nada .... sekolah di Belanda bertahun-tahun pertanyaan lo enggak berbobot banget,” ucap Keenan yang duduk di sebelahnya. Tak pantas rasanya jika Nada mempertanyakan perihal perempuan lain kepada Akssa yang sudah memiliki istri.
“Lho, emang salah kalau gue nanyain kabar Aya ke Akssa ? Secara, Akssa itu pernah deket sama Aya bahkan mereka hampir nikah,” jawab Nada dengan enteng tanpa memikirkan perasaan Gya.
Kehadiran Nada benar-benar merusak suasana hati Gya.
“Saya enggak tahu kabar dia. Lagi pula Aya adalah masa lalu saya dan masa depan saya sekarang adalah Gya,” tegas Akssa seraya menatap wajah sang istri.