FLASHBACK
Setelah mengurus surat di Kantor Dekan, Gya menikmati mie ayam favoritnya di kantin bersama Elma. Banyak orang yang menyapa Gya, ataupun hanya sekedar menyunggingkan senyum ramah. Pernikahannya dengan Akssa membuat Gya semakin terkenal.
Baron yang melihat sahabatnya duduk di kantin menghampiri Gya dan Elma seraya menggeser kursi tepat di meja sahabatnya. “Widih, pengantin baru. Tambah cantik aja pakai kerudung,” puji Baron pada Gya yang memakai kerudung segi empat berwarna merah maroon yang dia beli tempo hari.
“Makasih,” jawab Gya.
“Jadi ingat lagu ! Dia gadis berkerudung merah.” Elma menyanyikan sepenggal lirik lagu Wali band.
“Elma ! Diam ! Suara lo fals,” celetuk Baron.
“Emang ya yang namanya Baron itu kerjaannya ngeledek orang.” Elma mengerucutkan bibirnya.
“Sama kayak kamu dong Ma. Kalau ngeledek orang enggak ada habisnya,” sahut Gyandra, seketika Baron tertawa.
“Beda dong Gya. Gue baru tahu ternyata nyebelin itu bisa nular.”
“Maksudnya ?” tanya Gya.
“Nyatanya lo sama nyebelinnya kayak Kak Baron.”
Baron mengeluarkan beberapa amplop yang berisi surat dan beberapa hadiah, ada gantungan kunci, parfum dan gelang. “Udah ah, diem. Gue lagi BT nih !”
“Dapat hadiah kok malah BT.”
“Fans-nya udah mulai banyak nih. Kak Adrian bakal kalah saing,” ucap Elma. Semua tahu jika Adrian memiliki banyak penggemar di kampus, dapat surat atau pun cokelat adalah hal biasa bagi Adrian.
Baron menghela nafas panjang. “Gue sih bakal happy kalau ini semua buat gue. Masalahnya, ini semua bukan buat gue.”
“Buat siapa ?”
“Adrian. Ini semua dari Bianca, gue udah berulang kali telepon Adrian gue suruh ambil, tapi dia bilang bawa aja,” jelas Baron.
“Muka badak banget tuh si Bianca, jelas-jelas Kak Adrian enggak suka sama dia masih aja di pepet,” cerocos Elma sembari menyantap mie ayam.
“Ma ... enggak boleh gitu. Setiap orang berhak kok untuk mencintai, termasuk Bianca.”
“Gya, lo itu kenapa positif thingking banget sama bianca padahal dia sering jahat sama lo,” protes Elma.
Baron yang jail melempar tisu yang sudah dibentuk bulat kecil pada Elma. “Gue setuju sama Gya. Setiap orang itu berhak mencintai, bahkan orang jahat sekalipun itu punya cinta. Lagi pula meskipun mukanya Bianca itu antagonis, jutek-jutek gimana gitu, tapi ya selama gue kenal dia. Gue ngobrol dari hati ke hati. Dia sebenarnya orangnya baik kok.”
“Bisa enggak, enggak usah lempar-lempar ? Belain aja terus tuh Mak Lampir,” Elma kembali protes .
****
Pembahasan Baron dan Elma mengenai Bianca, membuat Gya teringat pertemuannya dengan wanita itu. Semua kalimat yang diucapkan Bianca, terekam jelas dalam memori.
“Eh, Kak Adrian kenapa sih ? Jarang banget kumpul, di grup juga enggak pernah muncul.” tanya Elma.