KISAH CINTA DUA TOKOH
Gya akan pergi ke launching buku Elma yang berjudul “Rasa Terakhir.” Setelah penantian panjang, akhirnya Elma dapat bernafas lega, ketika cerita yang dia buat terwujud dalam bentuk buku.
Sayangnya, Akssa tidak bisa ikut menemani Gya karena ada meeting, akhirnya wanita itu memesan taksi online. Setelah memutuskan untuk fokus menjadi bussines man, kegiatan Akssa memang jauh lebih padat dari biasanya. Mengikuti seminar, mencjadi narasumber di seminar atau mencari relasi bisnis dengan cara aktif menjadi anggota komunitas pengusaha.
Di dalam taksi, Gya menemukan sebuah dompet kulit berwarna hitam. Tepat di sampingnya, dompet itu berisi kartu atm dan surat penting lainnya. Salah satunya adalah kartu identitas. Ketika membaca namanya, Gya terperanjat. Ternyata milik Bianca, sebenarnya Gya malas berurusan lagi dengannya, tetapi kasihan juga Bianca. Barang yang ada di dompet pasti penting.
Akhirnya, Gya membuka aplikasi dan merubah tujuan perjalanan menuju Kampus Alexandria. Meskipun Bianca telah berbuat jahat padanya, tetapi Gya tidak akan membalas kejahatan seseorang dengan kejahatan pula.
Sesampainya di kampus. Gya segera mencari Bianca. Benar saja, perempun itu terlihat bingung. Sesekali dia meletakkan ponsel di telinganya, menelepon seseorang. Terlihat jelas, dia sedang panik dan bingung.
“Ini yang kamu cari.” Gya menyerahkan dompet kulit warna hitam pada Bianca yang masih terlihat bingung. “Aku, enggak ngambil ya. Tadi dompet kamu ketinggalan di taksi online. Kebetulan aja, aku penumpangnya. Jadi aku kembalikan ke kamu,” jelas Gya.
“Makasih.” jawab Bianca masih dengan sikap angkuhnya, berdiri dengan tegap tak menatap Gya. “Oh iya, Gya. Gue enggak mau punya utang budi sama lo, jadi gue akan bayar.” Bianca mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu.
“Enggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang. Assalamualaikum.” tegas Gya kemudian berlalu pergi meninggalkan Bianca.
“Ya udah kalau gitu, kalau kamu butuh bantuan kamu hubungi saya biar impas,” teriak Bianca. Meski tak merespon, Gya mendengar semua ucapan Bianca.
****
Launching buku yang diselenggarakan di salah satu restaurant di padati pengunjung. Banyak yang datang dan meminta tanda tangan Elma juga Anya. Di sana Anya juga menyempatkan untuk memberi motivasi. Memang setelah muncul di acara pentas seni Kampus Alexandria, Anya kembali sibuk dengan rutinitas baru yaitu memberi motivasi, kali ini wanita itu sudah tidak memakai kursi roda dia berdiri dengan bantuan tongkat kruk.
Belakangan kesehatan Anya menunjukkan progress. Dia dapat berjalan satu atau dua langkah, meski harus dengan alat bantu. Fisioterapi yang dijalani mulai menunjukkan hasil.
“Jangan pernah menyerah meski kita berada di titik terendah. Bisa jadi, saat kita berada di titik itu, Allah sedang mengangkat derajat kita. Boleh saja semua meninggalkan kita, tetapi Allah selalu ada untuk kita,” ungkap Anya.
Gya senang melihat Anya yang sekarang. Penuh dengan semangat.
Gya ikut ambil bagian, untuk meminta tanda tangan pada Elma dan Anya. Dia sengaja memilih posisi paling akhir. “Kak, minta tanda tangan ya,” ucap Gya seraya menyerahkan novel bersampul biru itu.
“Wah, Gya. Thank you udah hadir.” Elma memeluk Gya.
“Congratulation, ya bestie. Semoga bisa best seller.” Keduanya saling berpelukan.
“Aamiin.”