KENYATAAN
Setelah pengakuan Nilam perihal cincin, Adrian seolah menjadi tersangka yang dicecar berbagai macam pertanyaan oleh penyidik. Dalam hal ini, penyidiknya adalah Baron. Baron tak henti-hentinya terus mengikuti ke manapun Adrian pergi.
“Heh, Adrian lo serius ngelamar Nilam ? Dia masih ABG. Ya emang sih bentar lagi dia lulus terus kuliah, tapi umurnya kan masih kecil. Masih anak-anak Bro.”
Adrian menghentikan langkah dan memutar badannya, membuat dirinya berhadapan dengan Baron. “Siapa yang bilang gue ngelamar Nilam ?”
“Nah itu, buktinya lo kasih cincin ke dia.”
Adrian terkekeh. “Lo percaya ? Itu kan cuma omongan anak kecil, bisa aja cincin yang dia pakai itu hadiah jajan yang dia beli di kantin.”
Baron tersenyum penuh curiga, dia mengelilingi Adrian. “Justru karena dia anak kecil, gue lebih percaya ke dia. Lagian kalau gue lihat Nilam itu bukan tipe orang yang suka bohong, dia itu kalau ngomong apa adanya.”
“Maksud lo ? Gue yang bohong ?”
“Iya, gue enggak bilang gitu.”
“Terserah lo mau mikir apa, gue mau cabut dan lo enggak usah ikutin gue !” Adrian berjalan meninggalkan Baron.
Baron tak menyerah dia kembali membuntuti Adrian.
"Satu langkah lagi, gue delete lo dari daftar nama sahabat gue !" jelas Adrian tanpa membalikkan badan. Seketika Baron mematung di tempat.
****
Bukan hanya Adrian yang mendapat pertanyaan, Gya juga mendapat pertanyaan dari Elma, “Gya, emang iya Kak Adrian jadian sama Nilam ?”
Elma mengikuti setiap langkah Gya dan berjalan sejajar dengan sahabatnya. “Enggak tahu Elma.”
“Kok enggak tahu, kan lo Kakak Iparnya.”
“Ya, emang kalau aku Kakak Iparnya Nilam, aku harus tahu semua tentang dia termasuk perasaannya. Kan, enggak. Masalah hati, itu sudah menjadi urusan pribadinya dan aku enggak berhak ikut campur.”
“Tunggu deh." Elma menahan langkah Gya dengan tangannya, membuat Gya berhenti. "Kalau gue think-think.”
“Think-think ?” Gya mengernyitkan dahi mendengar kaata-kata yang keluar dari bibir Elma.
“Pikir-pikir,” Elma cengingisan. “Kalau gue pikir-pikir kayak lucu aja, Kak Adrian suka sama lo eh karena bertepuk sebelah tangan terus dia banting setir ke adik ipar lo.” Elma tertawa.
Gya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya. “Terserah deh, kamu mikir gimana. Aku mau ke kantornya Mas Suami dulu, mau nganter makan siang.” Gya pergi meninggalkan Elma dan masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan.
****
Di dalam mobil, Adrian mencoba mengontrol emosinya. Dia benar-benar kesal dengan sikap Nilam, tetapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
Adrian memukul stir berkali-kali. “Tuh anak ngapain sih pamer cincin segala, ngapain juga dia masih simpan tuh cincin.”
“Ya, Nilam simpan dan pakai cincin ini, karena Nilam menghargai pemberian Kak Adrian. Meskipun cara Kak Adrian kasih cincin ini ke Nilam itu enggak romantis,” jawab Nilam yang sudah berada di samping Adrian, gadis itu memainkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Adrian yang mendengar suara Nilam perlahan menggerakkan kepalanya melihat kesisi kiri. “Nilam !” Dia melongo melihat Nilam yang melambaikan tangan padanya.
“Hai, Kak Adrian.” Nilam menguraikan senyum manis pada Adrian.
“Lo ngapain disini ?” tanya Adrian penuh amarah.