TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #45

KENYATAAN 2

KENYATAAN 2

Gya berjalan menyusuri koridor, dia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Apa benar Aya adalah Anya ? Jika ya, bagaimana dirinya harus menyikapi semua ini ?

Tanpa terasa Gya sudah berada di luar gedung, tetapi Gya melupakan sesuatu. Dia belum memesan taksi. Gya mencoba keluar melewati pintu gerbang, dia melihat ada sebuah mobil yang berhenti di dekatnya sedang menurunkan penumpang.

 Gya segera masuk ke dalam mobil. “Pak tolong antar saya, ya. Ini darurat jadi saya enggak sempat pesan lewat aplikasi.”

“Baik, Mbak.” Sopir itu menoleh. “Eh, Mbaknya lagi.”

 Gya melihat si sopir yang ternyata adalah Dera, sopir yang pernah mengantarnya mengikuti mobil Akssa.

 “Saya bukan Pak, tapi Mbak.” Dera merevisi panggilan yang diberikan Gya untuknya. Sebanarnya bukan hal baru bagi Dera untuk dipanggil “Pak” hampir semua penumpangnya memanggil dirinya dengan awalan “Pak” mungkin karena penampilannya yang begitu tomboy.

“Iya, Mbak. Tolong jalan sekarang.”

“Kita mau kemana ?”

“Ke mana aja, nanti pasti saya bayar kok.”

“Kalu enggak ada tujuan saya bingung dong Mbak.”

“Ya, udah jalan aja dulu.”

Dera menginjak pedal gasnya. Dia melihat dari kaca spion yang ada di dalam mobil. Gya sedang menyandarkan kepalanya di jendela, menatap keluar dengan pandangan kosong padahal jelas-jelas di luar kendaraan begitu ramai.

“Mbak, kenapa ? Kayaknya setiap jadi penumpang saya, Mbak itu nangis.”

Gya tak menjawab pertanyaan Dera. Entahlah, rasanya dia malas untuk berbicara.

“Mbak ... Mbak ....” Dera berusaha membuyarkan lamunan Gya.

“Iya ?” Gya membenarkan posisi duduknya. “Ada apa Mbak ?”

Handphone-nya bunyi.” Sudah beberapa kali ponsel Gya berdering tapi tak dihiraukan.

 “Biarin aja Mbak.”

“Mbak, kenapa ?” tanya Dera.

Gya menghapus air matanya. “Enggak apa-apa kok.”

“Ya, saya sih enggak tahu masalah Mbak apa yang pasti kalau Mbak mau nangis, nangis aja enggak usah ditahan. Saya punya persediaan tisu banyak kok. Mbak tenang aja.”

Gya mencoba mengurai senyum, tetapi lagi-lagi dia tidak bisa membendung air matanya.

****

Akssa mencoba mencari Gya sampai ke lantai 1, tetapi dia tidak menemukan. Mencoba menghubungi Gya, tetapi istrinya tak menjawal telepon darinya.

Akssa berjalan keluar dan bertanya pada Pak Adi, salah satu satpam. “Tadi, Ibu pulang naik taksi Pak.”

“Makasih, Pak.”

Lelaki itu benar-benar panik, pikirannya dihinggapi pertanyaan, Bagaimana jika Gya tahu Aya adalah Anya ? Bagaimana jika Gya tahu, orang yang selama ini dia kenal bahkan dekat dengannya dan sudah dia bantu untuk bangkit ternyata adalah masa lalu Akssa ?

Akssa bergegas menuju mobilnya, dia menginjak pedal gas sedikit kencang. Dia tidak tahu harus mencari Gya ke mana. Tempat favorit Gya, Akssa tidak tahu. Mencoba menghubungi Elma, sahabat Gya, tetapi Akssa tidak memiliki nomor kontaknya. Akssa mengacak-acak rambut, dia sadar selama menikah dengan Gya dirinya tidak pernah tahu tentang Gya. Entah, tidak tahu atau tidak mau tahu.

 Akssa mencari Gya di kampus, menemui Mom Reta. Namun, dosen itu berkata jika Gya tidak ke kampus. Dia kemudian menuju Fakultas Bisnis, mencari tahu keberadaan Gya pada Elma. Elma juga tidak tahu.

Lihat selengkapnya