TANPA TAPI

Rahma Pangestuti
Chapter #46

JAGA HATI

JAGA HATI

  Gya menatap lamat-lamat wajahnya dalam cermin, matanya terlihat bengkak dan wajahnya kusut. Semalam dia tidak bisa tidur, setelah menunaikan sholat subuh Gya dapat tertidur. Namun, hanya satu jam karena dia kembali teringat perihal Akssa.

  Gya ingin bercerita, menumpahkan segala resah dalam hatinya. Tetapi, dia bingung kepada siapa dia harus berbagi cerita ? Tak ada yang bisa dia lakukan selain menangis dalam sujudnya. Tak banyak yang dia pinta selain diberi kekuatan untuk melewati ini semua. Andai, Ayah masih ada. Tidak mungkin Ayah membiarkan Gya merasakan sakit ini.

Tak mungkin Gya bercerita pada Elma, meskipun sahabat. Namun, Elma adalah orang asing bagi hubungan Gya dan Akssa. Jika Gya menceritakan semua, sama saja dia mengumbar aib suami. Gya ingin menyelesaikan masalah ini secara dewasa, tetapi nyatanya menjadi dewasa tak semudah yang Gya bayangkan. Dia harus menguatkan dirinya yang jelas-jelas rapuh.

 Tok...tok...tok...

 Seseorang mengetuk pintu kamar Gya, “Gya, kamu kenapa kok belum keluar kamar ?”

Terdengar suara Akssa bertanya, berat rasanya untuk menjawab. Tetapi, dengan langkah gontai Gya membuka pintu kamar, “Iya, Mas. Ada apa ? Tumben Mas Al udah rapi ?” tanya Gya melihat penampilan Akssa yang sudah terlihat rapi dan wangi.

“Iya, saya ada meeting. Gya, kamu kenapa ? Wajah kamu pucat.” Akssa menyentuh pipi sang istri, tetapi Gya buru-buru menepisnya.

“Gya enggak apa-apa. Cuma kecapekan aja.” ucap Gya, berkelit.

Akssa menyentuh kening istrinya, “Kamu demam. Kita ke rumah sakit ya.”

“Enggak usah, kan Mas Al mau meeting sama klien. Gya tidur aja nanti juga sembuh. Oh iya, klien Mas Al cowok apa cewek ?”

 “Kenapa kamu tanya kayak gitu ? Tumben.”

 “Ya, Gya pengin tahu. Terus Mas Al, meeting dimana ? Sama siapa aja ?”

  Akssa terkekeh, “Pertanyaan kamu sudah seperti penyidik.”

“Apa susahnya sih jawab, emang salah ya istrinya tahu kegiatan suaminya ?” Gya berlalu melewati Akssa yang masih di ambang pintu dan berdiri di dekat tangga.

  Akssa terdiam, sikap Gya tak seperti biasanya, “Ya, enggak salah. Hanya saja, biasanya kamu tidak seperti ini.”

“Ya, udah kalau Mas Al enggak mau jawab. Buruan berangkat nanti meeting-nya terlambat.” Gya membalikkan badan kemudian meraih tangan Akssa dan menciumnya.

“Ya, sudah saya berangkat. Assalamualaikum.” Akssa meninggalkan senyum lebar untuk Gya, tetapi tak menjawab pertanyaan Gya. Membuat wanita itu curiga.

“Waalaikumsalam.”

Akssa berjalan menuruni tangga, “Mas Al.” Panggilan Gya membuat Akssa menghentikan langkahnya dan menoleh menghadap istrinya, “Ya ?”

 “Hati-hati di jalan. Hatinya jangan jalan-jalan.”

Akssa tersenyum, “Iya.” Akssa kembali melangkah.

“Mas Al.”

“Ya ? Ada apa Gya ?” Akssa berhenti dan berbalik menghadap Gya.

Gya mendekat, “Jaga mata, jaga hati, jaga telinga dan yang terpenting jaga iman. Gya sayang sama Mas Al.”

Al terpaku mendengar kalimat yang keluar dari bibir mungil Gya. Terdengar aneh. Akssa bingung dengan sikap sang istri, “Ya, siap komandan. Saya akan menjaga semua dengan baik.”

Gya tersenyum.

****

Gya tahu, hari ini Akssa akan bertemu dengan Anya. Gya pun menghubungi Dera, memintanya untuk menjemput. Dia bergegas ganti pakaian. Lima menit berselang, mobil Dera sudah berada di depan rumah.       

Gya meminta Dera untuk mengantarnya ke kantor Akssa. Setibanya di kantor Akssa, Gya yang masih berada di dalam mobil, melihat Akssa keluar dari kantor dan masuk ke dalam mobilnya.

“Mbak, tolong ikutin ya.”

“Siap.”

Gya terus mengamati laju mobil Akssa. Dia benar-benar ingin melihat dengan mata kepalanya perihal Aya. Dia ingin memastikan bahwa Aya adalah Anya.

Lihat selengkapnya