BAHAGIA
Selalu ada tawa dibalik luka yang mendera. Selalu ada bahagia dibalik duka yang ada. Selalu ada kemudahan dibalik kesulitan yang melanda. Perjalanan hidup Gyandra Maheswari telah sampai pada kata bahagia. Cita dan cinta, keduanya berjalan beriringan.
Kini, Akssa dan Gya tak lagi tinggal di rumah american klasik, mereka memulai semuanya dari awal dengan tinggal di apartemen milik Akssa. Sepasang sejoli itu, menjalani kehidupan rumah tangga yang lebih harmonis. Saling menyayangi, saling melengkapi dan saling menyempurnakan.
Akssa selalu menjadi bagian dari doa yang Gya panjatkan, begitu pula sebaliknya. Kini, hari-hari Gya semakin berwarna karena dia telah memiliki Akssa seutuhnya.
Akssa berada didepannya untuk melindungi. Akssa selalu berada dibelakangnya untuk mendukung. Akssa selalu berada disampingnya untuk mengiringi setiap langkahnya.
Betapa Gya bersyukur, karena Allah telah memberikan rencana terindah.
Bersama Akssa, Gya meraih impiannya untuk menjadi seorang desainer. Rancangan busana Gya perlahan mulai dilirik pesohor dan butik yang ia rintis perlahan mendapat kepercayaan dari kalangan elit. Bahkan Gya mendapat tawaran dari Ziva untuk bekerjasama dengan Beryl Fashion, anggap saja sebagai ganti rugi karena Gya mengundurkan diri sebelum kontrak magang di Beryl Fashion selesai.
Tak hanya itu berkat bimbingan Mom Reta dan bantuan dari suami juga sahabat-sahabatnya Gya sukses menggelar fashion show sebagai tugas akhir perkuliahan.
Perlahan waktu merubah segalanya, Akssa yang dulu bukan Akssa yang sekarang. Akssa telah berubah, dia membuktikan janjinya. Lelaki itu, telah menjadi bagian dari perjalanan Gya meraih mimpi. Gya telah berhasil membuatnya jatuh hati. Segala hal tentang Gya, kini menjadi perhatiannya. Tak ada lagi Anya dalam hidupnya, masa lalu telah dia kubur dalam-dalam. Satu hal yang dia inginkan, menatap masa depan bersama Gya.
****
Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, ketika Akssa dan Gya berlari di Bandara Soekarno Hatta. Gya masih memakai piyama dan hijab instan dengan wajah yang masih kusut, begitu pula dengan Akssa yang juga masih memakai baju tidur.
Mereka baru saja mendapat kabar jika pagi ini Anya dan Bianca berangkat ke Paris.
“Kak Anya ! Bianca !” teriak Gya, ketika melihat kakak beradik itu sedang berjalan membawa koper. Disana juga ada Ziva yang mengantar mereka. Gya pun berlari menghampiri keduanya, “Kalian mau kemana ?” ucap Gya, nafasnya terengah-engah.
Anya dan Bianca saling memandang, sedikit bingung dengan kehadiran Gya, “Kita mau ke Paris,”
“Gya, aku mau ke Paris mengantar Bianca. Dia mau lanjut sekolah fashion disana.” jelas Anya.
“Kak Anya bakal menetap disana ?”
“Belum tahu. Kamu baik-baik ya disini, oh iya maaf atas kesalahpahaman yang pernah terjadi.” Anya memeluk Gya.
“Justru Gya, Kak yang seharusnya minta maaf, karena udah berpikir macam-macam.”
“Enggak apa-apa kok, Gya.” Anya mengusap punggung Gya.
Beberapa saat kemudian Gya beralih pada Bianca.
“Gya, maafin sikap gue selama ini, ya. Gue selalu jutek sama lo,” ucap Bianca.
Gya mengangguk.
“Oh iya, sebelum gue berangkat. Gue mau lo janji sama gue.”