Sudah satu minggu pernikahan Abi dan Nathan, mulai hari ini mereka berdua sudah menepati sebuah rumah kontrakan. Sebab tidak ada satu pun diantara mereka berdua ingin tinggal di rumah orangtua masing-masing. Menurut Abi jika sudah menikah lebih baik tinggal terpisah dari kedua orangtua. Dan Nathan pun setuju dengan apa yang diinginkan oleh Abi.
“Apa ini?!” tanya Nathan dengan nada tinggi.
“Aku yang seharusnya bertanya padamu—apa ini?!” Abi balik bertanya pada Nathan.
Nathan membentak Abi, dia mengatakan jika dirinya tidak suka jika ponselnya dilihat oleh Abi. Karena menurut dia itu adalah privasi dan tidak ada yang boleh melihatnya.
“Apa aku ini orang lain? Aku ini istrimu Nathan!” Abi berkata dengan menahan emosinya.
Abi baru mengetahui salah satu sifat Nathan yaitu dia lebih senang bermain ponsel ketimbang berbicara dengannya. Dia lebih tertarik bermain sosial media bersama teman-temannya.
“Pokoknya aku tidak suka jika kau mencampuri urusanku! Kau dengar itu!” bentaknya lagi pada Abi.
Ini baru satu minggu, tetapi Nathan sudah berani membentaknya. Inikah pria yang tidak pernah terpikir olehnya akan bersikap seperti ini. Semenjak mereka tinggal terpisah dari kedua orangtua, perdebatan kecil selalu terjadi. Setiap malam Abi hanya bisa menangis dan menangis.
Abi mengira jika Nathan dapat memberikan sosok seorang ayah atau sahabat padanya. Karena Abi ingin merasakan kasih sayang seorang ayah itu seperti apa. Dari kecil dia sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, kedua orangtuanya sudah lama berpisah semenjak Abi masih balita.
Perdebatan mereka berdua sekarang menjadi intens, sifat egois keduanya membuat mereka setiap malam selalu berdebat. Terkadang perdebatan itu bisa membuat Nathan memaksa Abi untuk memuaskan hasratnya.
Hari ini Nathan tidak bisa mengantar Abi ke kantor, itu juga tidak masalah bagi Abi sebab dia juga sudah terbiasa untuk pergi sendiri.
“Bagaimana hari sang pengantin baru ini?” goda Cahaya yang baru saja tiba di kantor.
“Tidak ada yang aneh,” jawab Abi sembari melanjutkan pekerjaannya.
Cahaya terkekeh sembari duduk di kursi kerjanya yang tepat berada di samping Abi. Dia terus saja bertanya bagaimana rasanya setelah menikah, apakah seindah yang dikatakan oleh orang-orang.
Abi tersenyum, dia belum menceritakan pada Cahaya jika dirinya dan Nathan setiap malam selalu berdebat. Dan entah apa yang memicu perdebatan itu, hanya karena masalah kecil saja Nathan bisa membentaknya atau berkata kasar.
Dia pun selalu mendengar cerita dari teman-temannya yang baru menikah. Jika awal pernikahan mereka sangat bahagia, ada yang bilang pasangannya begitu romantis, penuh perhatian, selalu memanjakan dan masih banyak cerita lainnya.
Namun, bagi Abi semua itu tidak dialaminya yang ada hanya perdebatan yang membuatnya merasa sakit dan sedih. Apa yang dibayangkannya selama belum menikah adalah hal-hal yang akan membuatnya bahagia. Akan tetapi pada kenyataannya semua itu berbanding terbalik, yang dirasakan hanya kesedihan saja.