Di sebuah cafe yang terlihat luas dan mewah, namun sesuai dengan kantong anak sekolahan. Terlihat dua gadis cantik yang duduk di meja nomor satu dekat pintu masuk. Setiap pelanggan cowok yang masuk ke cafe tersebut langsung terpana akan pesona mereka. Bahkan cowok yang sedang menggandeng kekasihnya masih sempat curi-curi pandang, yang mengakibatkan kekasihnya dilanda cemburu dan memilih keluar dari cafe tersebut dalam keadaan kesal.
Nadiya Fahriza adalah gadis cantik berkulit putih, berhidung mancung dengan tinggi badan mencapai 168 Cm. Sempurna. Itu yang dikatakan murid SMA di sekolahnya. Gadis itu sedang menopang dagunya dengan pandangan hampa ke arah lantai.
Nadiya tengah meratapi nasibnya karena ditinggal tanpa alasan oleh mantanya yang bernama Angga. Nadiya sempat berfikir kenapa bisa cowok itu meninggalkannya saat ia mencoba untuk menerima perubahan sikap Angga. Apa kurangnya Nadiya?
“Gue harus apa Nad?” tanya Sarah.
Sarah Sarasvati. Yang sering dipanggil Sarah, Rah. Gadis cantik, berkulit putih, hidung kecil, dengan tinggi badan mencapai 163 Cm.
Laila yang saat ini tidak bisa datang karena ada urusan keluarga. Mereka bertiga sudah berteman dari masa SMP sampai sekarang duduk dibangku SMA kelas Xl IPA 1. Takdir seakan tak ingin memisahkan mereka.
Sarah yang mendapati Nadiya sedang melamun, ia hanya mendesis sebal karena sedari tadi bercerita tentang perasaannya, ternyata tidak didengarkan oleh Nadiya.
“NADIYA!” panggil Sarah keras hingga membuat pengunjung cafe menatap ke meja mereka.
Nadiya langsung tersentak dari lamunannya dan menoleh menatap Sarah yang berteriak keras kepadanya.
“Kenapa sih Rah, sakit telinga gue tau?” Nadiya menatapnya malas.
“Ck! Biar lo itu bangun dari lamunan lo. Abisnya lo nyebelin tau gak, dari tadi gue udah cengar-cengir cerita tapi nggak didengerin.” Sarah gemes melihat Nadiya.
Hufft
“Move on dong. Seharusnya lo itu bersyukur karena hubungan kalian udah berakhir, si Angga emang berengsek sok kecakepan lagi. Dan lo harus tau kalau stok cogan di sekolah kita masih banyak!” jelas Sarah serius.
“Hmm,” gumam Nadiya malas.
“Lo mau enggak gue carikan cowok?”
Nadiya menatapnya sengit. Apa-apaan sih Sarah, dia pikir Nadiya tidak laku apa sampai dicarikan cowok segala.