Tanya

Hana Mutiah
Chapter #4

Rahasia Uru

“Baik. Aku akan menebusnya dengan cerita baru dariku.” Uru mengembuskan napas lelah. Entah sudah berapa lama waktu yang dilalui lelaki tua itu dengan hanya berkutat pada satu pekerjaan yang benar-benar memusingkan kepalanya. Membujuk Hamd, murid yang sudah dia anggap sebagai cucunya sendiri. Ya, anak itu sangat keras kepala! Dia tidak akan pernah mau mengalah. Uru merasa lelah. Sudah semua cara dilakukannya agar Hamd tidak mengacuhkannya seperti ini.

Kali ini Hamd menoleh. Kepalanya mengangguk semangat. Sampai-sampai pipi gembilnya bergoyang naik-turun. Dia berlari mendekati Uru. Hendak menagih langsung ucapan yang bagi Hamd adalah janji itu.

“Ayo, Uru. Ceritalah!” pinta Hamd yang sekarang telah duduk bersila di hadapan Uru. Hamd kecil menegakkan punggung, memasang pendengarannya setajam mungkin. Bocah bermata bulat bersih itu menatap antusias Uru yang kehilangan kata-kata.

Uru tersentak kaget. Matanya membelalak heran, tak habis pikir. Eh? Secepat itu?

Mendapati Uru yang masih mematung menatapnya, Hamd mendecak kesal. Ughhh! Lama sekali! Jangan bilang kalau Uru hanya membohongiku. Aku benci Uru!

Mata bulat Hamd memerah. Terlihat jelas ada genangan yang hendak jatuh disana. Sebisa mungkin si kecil Hamd menahan tangisnya yang mulai pecah. Uru pembohong!

Uru tidak kalah syok melihat Hamd saat ini. “Nggg. Hei! Kau menagis Hamd?” tanya Uru pelan. Hamd menunduk. Enggan menampakkan wajah cengengnya kepada Uru. Hamd mengentak-entakkan kakinya asal. Hamd benar-benar merasa dongkol!

Tanpa Hamd ketahui, saat ini wajah tua Uru juga memerah menahan tawa. Wajah cengeng Hamd terlihat sangat menggelikan baginya. Ini kali pertama Hamd yang setahunya bocah mandiri itu menangis. Jadi ini cara meluluhkan sifat keras kepalanya?

“Akhir dari semua kisah berawal dari kejayaan yang sempat berakhir.” Uru memulai ceritanya. Mata yang menyimpan banyak kilasan duka dan sukanya kehidupan itu memandang leluasa langit-langit bangunan kubus.

Lihat selengkapnya