TAPPERWER ISTRIKU

Hapsari Hanggarini
Chapter #1

#1 TAPPERWER YANG HILANG

1. TAPPERWER YANG HILANG

Bagi siapa pun di dunia ini: mohon jangan hilangkan tapperwer istrimu… bagaimana pun situasinya, cari sampai ketemu!

 

Aku tidak main-main soal ini.

 

“POKOKNYA, CARI SAMPAI KETEMU!”

Nah, betul ‘kan?

Didik menjauhkan ponsel dari telinga. “Iya, Mah, pasti Papah cari.”

“Sampai ketemu!” potong Aryani, istrinya cepat.

“Iya, sampai ketemu nanti di rumah…,” Didik mencoba metode plesetan.

“Papah!”

Gagal.

“Iya, Mah. Sudah, ya? Kalau Mamah telepon terus kapan Papah punya waktu buat nyari?”

Klik.

Lhaa….

 

Didik menepuk jidat beberapa kali, menggaruk-garuk kepala tanpa sebab jelas. Mulutnya tak henti-henti meniup-niupkan udara dalam setiap gerak. Dada naik-turun dan helaan napas berkali-kali terembus dari hidung. Udara dingin yang keluar dari AC tak begitu membantu mengusir hawa panas dari tubuhnya. Yap, dia kepanasan di bawah embusan udara AC!

Sudah setengah jam Didik mencari-cari kotak bekal yang isinya tadi siang dilahap hingga tandas. Di sini, di mejanya sendiri. Dan, dia sebenarnya sudah terbiasa menaruh di tempat terdekat dan mudah terlihat. Tapi, mengapa kali ini kotak bekal itu seperti lenyap ditelan bumi?

“Aku nggak mau tau, Pah, pokoknya cari sampai ketemu! Itu kan….”

Didik tak tahu lagi apa yang dikatakan Aryani selanjutnya. Kalimat yang meluncur dari bibirnya sudah seperti lagu rap, panjang dan berentet. Suaranya sudah melebihi petasan cabe rawit di acara sunatan. Padahal, tadi diriya cuma menelepon dan bilang, “Mah, tapperwernya hil_”

Fiuh!

Hebat juga istriku bisa meramal apa yang akan aku katakan dan langsung memberi solusi instan: cari sampai ketemu! Atau, itu memang keahlian ibu-ibu seluruh dunia yang rasa sayangnya kepada tapperwer sudah melebihi batas? Mereka sepertinya sudah menyiapkan “template” untuk berjaga-jaga jika ada yang menghilangkan koleksi kesayangannya itu.

“Lagi apa, Pak?” teguran Syakira, staf di kantor Didik, membuatnya kaget. Kepalanya hampir kejeduk meja.

“Ah, nggak,” elaknya sambil merangkak keluar dari kolong meja. Ya ampun, betapa memalukannya adegan ini. Dia berpura-pura merapikan berkas di atas meja, lalu berdeham. Jangan sampai imejku melorot di depan bawahan gara-gara masalah sepele.

“Kamu lihat map merah yang tadi saya tanda tangani? Itu berkas yang nantinya harus disetorkan ke Pak Wahyu,” katanya panjang lebar untuk mengalihkan perhatian, sebelum memberi jeda beberapa lama.

“Map merah yang itu, Pak?” tunjuk Syakira ke tas kantor Didik yang masih terbuka. “Tadi kan Bapak sendiri yang memasukkannya waktu saya mau taruh di tumpukan berkas.”

Nggak usah panjang-panjang juga kali jawabnya.

Belum sempat Didik bereaksi, ponselnya berdenting tanda pesan masuk.

Udah ketemu?

Pesan singkat itu untung saja masih bisa terbaca di layar tanpa perlu dibuka. Setidaknya, istrinya tidak tahu kalau pesan itu sudah terbaca. Dia tidak akan sewot, menganggapnya mengabaikan pesan. Pasti dia mengira aku masih sibuk menyelesaikan pekerjaan.

Dentingan terdengar lagi.

Lihat selengkapnya