Blurb
"Pelita tak hanya berwujud nyala.
Dia yang bisa menunjukkan jalan adalah pelita bagi yang dituntunnya.
Dia yang bisa memberi tahu hal baru adalah pelita.
Dia yang bisa menggenggam tangan lain ketika terjatuh adalah pelita.
Dia yang bisa menghadirkan senyum bagi hati yang terluka adalah pelita.
Dia yang bisa menyiram semangat yang layu adalah pelita.
Jika ingin menjadi pelita maka menyalalah.
Menyala dengan caramu.
Kegagalan bukan berarti jika nyalamu padam.
Itu hanya sedikit tiupan angin.
Setelah angin pergi, nyala itu akan kembali terang tanpa goyah.
Menyalalah dengan caramu.
Menyala dengan kebaikan.
Nyala kebaikan tak akan padam.
Janari Taraka
Banyumas, 12 Maret 2016."
Janari Taraka menulis sebuah surat yang disimpan di tempat rahasia miliknya. Janari tak ingin kegelisahannya menimbulkan kegelisahan baru bagi hati lain sebab ia tahu jika kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup. Janari tak ingin ada banyak hati yang ikut bersedih karena kesedihannya.
Akankah Janari membaca surat itu dalam keadaan tersenyum atau justru sembari menangis? Apakah surat itu mampu membuat keyakinannya bertambah atau malah ia tak percaya pada kata-kata yang sudah disusunnya jauh-jauh hari? Apakah kegagalan benar-benar memadamkan nyala semangatnya atau justru membuatnya menjadi pelita dengan cahaya berbeda? Apakah Janari mampu menjadi pelita seperti yang tertulis di dalam suratnya? Selalu ada jawaban untuk setiap pertanyaan.