"Aksa gue capek, gue lelah dengan semua omongan mereka!" seru Kiara pada sahabatnya, Aksa Raihan.
Kiara duduk di atas kursi roda, ia merasa tuhan tidak adil memberikan cobaan yang menurutnya sangat berat untuk dilalui. Hal yang ia miliki dahulu hilang dalam sekejap mata, termasuk kekasih yang teramat dicintai pergi karena kekurangan yang ia miliki saat ini.
Hanya ada Aksa Raihan--sahabatnya yang tetap setia mendampingi, bahkan seluruh keluarga yang ia sayangi ikut menjauh dari kehidupannya.
"Lo harus kuat, Ra. Ara yang gue kenal itu gak gampang nyerah seperti ini, lo harus semangat! Gue yakin lo itu pasti bisa," ucap Aksa menenangkan sang sahabat yang ingin menyerah dengan semua jalan kehidupannya.
Kiara menyeka air matanya yang terus menerus keluar tanpa henti, ia menatap Aksa dengan mata yang sembab dan sendunya. "Dari segi mana gue harus kuat Sa? Gue lelah sama semuanya! Semua orang menganggap gue salah atas hal yang diluar kendali gue sendiri ... dan lo tau? Mereka udah menganggap gue ... mati!"
Aksa menggelengkan kepalanya, "Gue ada di sini Ara, samping lo! Lo gak sendirian buat menghadapi semuanya, masih ada gue Ara, ada gue!" kekeh meyakinkan sahabatnya untuk tetap semangat.
Kiara merasa apa yang diucapkan oleh Aksa hanya sebuah kalimat penenang, ia tidak lagi mudah percaya sama semua orang karena terlalu menyakitkan rasanya ketika ia terpuruk, mereka semua malah pergi menjauh.
"Gak, Aksa! Semua orang itu sama, mereka gak pernah benar-benar ada di hidup gue, semuanya itu omong kosong!" sentak Kiara.
Kiara meneteskan air matanya, pipi yang sudah sembab karena sedari tadi ia terus menerus menangisi keadaan yang rupanya saat ini tak berpihak padanya sama sekali, ingin untuk menyudahi kehidupan yang dijalani, tapi ia sendiri tidak pernah mengerti bagaimana caranya.
Kiara menatap tajam Aksa. "Lo tau Aksa, orang yang gue cintai saja mampu memberi luka yang paling dalam di hati gue, dan mulai detik ini gue takut untuk percaya sama sesuatu hal yang akhirnya berujung tragis!"
Aksa menggelengkan kepalanya. "Ara! Gue tau lo itu sebenernya hanya lelah, capek sama semuanya! Gue paham rasanya seperti apa, tapi gue harap lo jangan nyerah sama semuanya!"
"Lo gak akan paham sama perasaan gue!" sentak Kiara kembali. "Semua orang nganggep gue mati Aksa! Dan bodohnya kenapa gue gak ikutan mati aja sekalian ...." Ara kembali mengeluarkan air matanya.
Tatapan matanya lurus ke depan, memandang hamparan taman bunga yang sangat cantik, ".... Gak ada hal yang sangat aku inginkan sekarang, kecuali enyah dari kehidupan yang sangat menyakitkan!"
Aksa sangat tau jika sahabatnya saat ini tengah terpuruk dengan keadaan yang ia alami, kecelakaan itu yang membuat kelumpuhan total pada kakinya Kiara.
Aksa sangat prihatin dengan kondisi Kiara, yang terus menerus meratapi takdir kehidupannya saat ini. Ia hanya bisa mampu menenangkan sebisanya, karena pasti tidak akan mudah melalui hal yang di luar kendalinya.