Aksa menuruti apa pun yang diinginkan oleh sahabatnya itu. Bahagianya Kiara berarti bahagianya juga, dan begitu pula dengan sedihnya apalagi kekacauan yang saat ini tengah menyambangi.
Aksa hanya ingin membuat Kiara bahagia, mengukir sebuah lengkungan senyum pada bibir. Ia akan bersiap sedia kemanapun kaki harus melangkah jika itu tentang ukiran tersebut, bukan tangis yang selalu dilihat saat ini.
Aksa membantu Kiara untuk duduk di atas kursi roda, dan dengan sangat hati-hati ia mulai menggerakkan untuk keluar dari kamar dan menuju keluar. Ia ingin mewujudkan keinginan sederhana yang sahabatnya minta, yaitu pergi ke rumah orangtuanya. Kemungkinan rasa rindu hadir dalam benak sang sahabat, pada suara renyah yang biasa telinganya dengar selama ini.
Kiara sungguh malu pada Aksa, tapi mau bagaimanapun ia sendiri tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dan meminta bantuan dari sang sahabatnya itu.
Kiara mendongak untuk mendapati wajah dari Aksa yang tengah fokus mendorong kursi rodanya menuju keluar. Tersenyum tipis, entah itu luka atau sedikit bahagia dan tak berselang lama mata mulai memburam sebab buliran bening yang kini sudah bergumul.
"Aksa, jangan pernah bosen yah buat antar Ara ke rumah Mama," ucap Kiara dengan tatapan kosong ke depan. Kedua tangan yang ia letakkan pada pegangan kursi roda tersebut, dan satu buliran bening terjun bebas pada pipinya.
Aksa mengulas senyuman, meski memang tidak terlihat sama sekali oleh Kiara yang menatap lurus ke depan. Tatapannya sangat lembut nan tulus untuk menatap warna gelap dari rambut sang sahabat yang sangat tebal itu.
"Ara denger yah, Aksa gak akan pernah bosan buat antar Ara kemana pun. Karena yang paling penting bagi Aksa adalah ... lengkungan senyum tipis pada bibir Ara itu," tutur Aksa pada Kiara yang diberikan sedikit kalimat godaan untuk sang sahabatnya tersebut.
Kiara terkekeh pelan, bahkan sangat pelan dan Aksa saja tidak mendengarnya sama sekali. "Makasih, karena Aksa udah baik sama Kiara, dan gak merasa malu meski mempunyai sahabat yang ... kondisinya seperti ini," ucap Kiara dengan kepala yang tertunduk lemas.