Kiara dan Aksa masih berada di tepi pantai dan tengah menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh dengan
"Aksa aku capek! ... semua kenangan masa lalu terus menerus tersibak tanpa pernah bisa aku kendalikan sepenuhnya," ucap Kiara dengan matanya yang sembab.
Kiara menekan dadanya yang teramat sesak dan sangat sakit ketika pikirannya selalu berhembus teringat bayangan masa lalu yang teramat menyakitkan, meski itu sebatas melintas dengan durasi sebentar.
Aksa mengelus lembut rambut sahabatnya. "Ara sabar yah, memang itu adalah hal yang sangat sulit bahkan berat. Dan tentang kenangan kita gak akan pernah bisa sepenuhnya melupa, karena perasaan yang kita punya akan selalu tulus dan murni."
Kiara terdiam mendengar ucapan dari Aksan yang memang benar seperti itu adanya. Ia sendiri susah untuk mengendalikan rasa yang dimiliki saat ini, karena itu adalah hal yang sangat tulus untuk dilakukan meski ujungnya ia tersakiti seperti saat ini.
Kiara menatap lurus ke depan. Pemandangan yang sangat indah dan sangat memukau mata yang melihat dan hati yang merasakan suasana tentram. Aksa berdiri di belakannya dengan tangan yang memegang kursi agar tidak meluncur jauh ke sana, meski sebelumnya memang sudah dikunci.
"Aksa, benar kata orang; ikhlas itu bohong, karena yang ada di dalamnya hanya tentang keterpaksaan."
Aksa menampilkan senyum indah. "Ikhlas itu bukan keterpaksaan Ara, hadir saat lo sendiri sudah menerima keadaan saat ini dan juga percaya akan takdir dari Tuhan," jelas Aksa pada Kiara yang menatap lurus ke depan.
Kiara kini mendongak untuk bisa melihat wajah Aksa, yang akan selalu memberikan kedamaian pada hatinya yang resah dan merasakan sakit karena keadaan yang menimpa dirinya kali ini.
Kiara menatap Aksa. "Tolong jelasin sama gue, mereka yang jahat atau gue yang memang gak pantas untuk berada di dunia?" tanya Kiara dengan raut penuh harap.
Aksa mendengarkan dengan baik apa yang ditanyakan oleh Kiara saat ini. Berjalan mengitari kursi roda tersebut, dann menjongkokkan diri di depan sang sahabat.
Aksa mengambil jemari Kiara, dan dibelainya dengan lembut dengan jempol. "Lo masih pantas untuk ada di dunia ini, buktinya Tuhan aja masih kasih kesempatan sama lo untuk hidup di dunia ini 'kan?"