Kiara memejamkan matanya, ia menahan hati agar tidak merasakan sakit dan juga perih karena tatapan mata yang dilontarkan oleh Kenzo saat ini.
Aksa menatap tajam pada Kenzo. Bagaimana bisa lelaki yang katanya sangat menyayangi Kiara di waktu dulu, kini berubah jadi malu saat kondisi wanitanya yang tengah terpuruk seperti ini. "Maksud lo apa, hah?" bentak Aksa yang tidak bisa menahan emosi yang ada dalam dirinya, ia hanya tidak suka jika air mata kembali jatuh pada pipi wanita yang ada di depannya.
Kenzo berdecak remeh. "Maksud gue? Apa lo gak malu, jalan sama dia!" tunjuk Kenzo tepat di depan wajah Kiara yang masih memejamkan matanya. "Kalau gue sih jelas malu yah, secara liat aja deh kondisi dia sekarang, hanya duduk atas kursi roda."
Aksa menghampiri Kenzo dan tangan langsung mencengkeram kerah baju miilk lelaki tersebut, tatapan matanya kini berapi-api sebab tidak suka mendengarkan kalimat penghinaan yang dilontarkan pada sahabatnya--Kiara Putri.
Bugh! Aksa meninju rahang Kenzo hingga mengeluarkan darah segar yang mengalir karena saking kuatnya. "Sekali lagi lo bilang kayak gitu, gue akan bunuh lo sekalian!" tekan Aksa dengan wajah yang mulai memerah.
Kiara tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Ucapan dari Kenzo barusan cukup membuatnya sadar diri, dan juga ia memahami dengan baik bagaimana keadaannya saat ini.
"Cukup! Gue udah sadar diri, dan memang baiknya ... sekarang gue pergi dari hidup kalian!" bentak Kiara.
Kiara mulai berusaha untuk menggerakkan kursi rodanya tersebut, akan tetapi sangat kesulitan. Ucapan dari Kenzo yang sangat menancap kuat di hati itu, semakin membuat ia merasa hidupnya tidaklah berguna, bahkan untuk orang yang di sekeliling yang masih memberikan perhatian.
Kiara berniat untuk menjauhi Aksa, ia merasa sudah sangat cukup untuk merepotkan sang sahabat selama ini, dan mungkin semua rengekan tentang kelelahan untuk menjalani hidup itu sudah cukup membosankan baginya.
Aksa berlari ke arah Kiara yang tengah berusaha mati-matian untuk menggerakkan kursi rodanya. "Ara! Lo mau kemana, hmm?" tanya Aksa pada Kiara, ia berdiri tepat di samping wanita tersebut.
Kiara mendongak dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk. "Minggir, Aksa!" bentak Kiara keras.
Aksa menggelengkan kepala kuat. "Gue gak akan pergi kemana pun, Ara. Gue mau ada di samping lo, gue masih mau menjadi orang terdekat buat lo," kekeh Aksa dengan mata yang menatap sahabatnya lekat. "Gue bahkan gak perduli dengan dia, atau mereka yang berbicara buruk tentang lo, karena gue ini ... sahabat lo, Ara!"