Kiara menengok ke arah Aksa yang dalam genggaman tangannya terdapat es krim. Buru-buru untuk mengusap air mata yang kembali jatuh karena satu hal yang datang dan itu teramat sangat menyakitkan.
"G--gue ... gak papa kok," elak Kiara dengan senyum tipis yang terpampang di wajahnya.
Aksa menelisik lebih dalam dan berusaha mencari kebenaran melalui matanya. Namun, ia hanya mendapati kesedihan paling mendalam, padahal sebelumnya baru saja mereka tertawa dengan ceria dan seolah tak memiliki beban masalah sama sekali.
Aksa menggelengkan kepalanya. "Jangan berbohong depan gue, Kiara!"
"Kenapa, Aksa? Kenapa?" tanya Kiara dengan air mata yang luruh. "Kenapa lo bisa tau apa yang gue sembunyiin ini? Meskipun gue berbohong demi terlihat baik-baik saja, lo tetep tau apa hal yang paling mendalam di hati gue, kenapa?"
Aksa langsung meletakkan cup es krim yang ada di tangannya dengan asal. Tidak perduli mau bagaimana nantinya, karena itu hanya hal kecil yang sama sekali tak penting.
Aksa buru untuk menghapus air mata yang jatuh tersebut, dengan tangan halus miliknya. "Gue bisa tau karena udah dari lama kenala lo, Ara!"
"Gue tau apa yang lo suka dan gak."
"Gue tau apa saja yang buat lo benci dan juga bahagia."
"Meski lo berusaha menutupi itu semua dari ... gue. Itu bukan perkara yang sulit sama sekali, untuk gue."
Aksa mengoceh dengan mata yang menatap ke arah Kiara dengan intens. Jujur ia tau apa saja kebiasaannya selama ini, tapi untuk tangis yang tumpah ... rasanya masih bingung atas dasar apa ini.
Kiara membiarkan Aksa menghapus air matanya yang terus menerus tumpah itu. "Aksa ... gue gagal jadi semuanya, gue gagal!" seru Kiara frustasi.
"Lo gak gagal, ini hanya ujian, Ara! Kita lewatin semua ini dengan tabah, dan sudahi air mata lo ini." Aksa kembali menghapus dan berusaha tersenyum meski di dalam sana terasa nyeri kala melihat hal ini kembali.