Aksa sengaja pulang lebih awal dari biasanya, karena berniat ingin mengajak Kiara untuk mencari udara segar. Kasian sekali dia sekarang, apa-apa harus ada seseorang yang membantunya, tidak seperti dulu.
Mengingat kenangan masa lalu, Kiara sebenarnya adalah gadis yang cukup baik, hanya saja sedikit menyebalkan dengan segala tingkah konyolnya itu.
Aksa masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sangat ceria. Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa harus menyalurkan energi positif untuk sahabat perempuannya yang satu ini. Ia sendiri bahkan tidak boleh lemah sama sekali, agar bisa menimbulkan semangat bagi orang yang melihatnya.
"Selamat sore, Bi!" sapa Aksa dengan langkah kaki tegapnya, saat hendak masuk ke dalam kamarnya.
Asih yang tengah menyapu sekaligus mengepel, mengulas senyum tipis pada bibirnya saat mendapati suara Aksa yang memberikan sapaan hangat di sore hari seperti ini.
"Den Aksa, tumben sekali sudah pulang," ucap Asih dengan tangan yang masih melakukan gerakan menyapu lantai.
Aksa yang hendak meraih knop pintu kamar, mendadak terhenti dan melempar senyum ke arah Asih. "Iya, Bi. Aksa ada janji ajak jalan, Ara," terang Aksa dengan begitu semangat.
Asih hanya memberikan anggukan pelan. Ia mewajarkan sikap Aksa yang seperti itu, karena Kiara sendiri memang sahabat sedari dulu. Beberapa kali ia seringkali melihatnya main ke rumah ini, dan sekarang bahkan tinggal satu atap.
Asih merasa empati dengan kondisi Kiara saat ini, pasti tidak mudah untuk menjalani semua ini dan lagi menerima kenyataan yang mendadak rasanya butuh perjuangan ekstra keras. Rasa sabar dan tabah pun harus dipertebal agar bisa menerima takdir yang terlampau sulit ini, dan ia memahami itu dengan sangat baik.
Aksa yang melihat Asih terdiam tanpa melakukan banyak gerak sama sekali, memberikan lambaian tangan di depan wajahnya agar kembali sadar.
"Bi Asih! Bibi baik-baik aja, kan?" tanya Aksa pada Asih yang langsung mengerjap cepat.
Asih menatap Aksa dengan sangat fokus. "Bibi baik kok, Den! Sekarang masuk gih, kasian sama Non Ara yang udah nungguin itu," ucap Asih yang menyuruh Aksa untuk masuk ke dalam kamar terlebih dahulu, sebab Kiara yang sudah menunggu terlalu lama dan rasanya cukup kasihan juga.
Aksa menepuk keningnya sebab sedikit lupa dengan Kiara karena terlalu asyik untuk menegur Asih sedari tadi.
"Ya udah, Aksa masuk dulu ya, Bi," pamit Aksa pada Asih yang menjawabnya dengan anggukan pada kepala.