Aksa sungguh serius dengan kalimat yang diucapkannya barusan itu. Ia bahkan sedang tidak bercanda, dan benar-benar sudah memikirkan baik buruknya.
Kiara sangat terkejut mendengar kalimat Aksa yang begitu frontal. Ia bahkan tidak berfikir untuk ke sana dan lagi sampai menyuruh seseorang untuk membunuh, sama sekali tidak ada di dalam dirinya.
Kiara menggeleng dengan tatapan yang sendu. "Aksa, gue tau lo itu baik, bahkan banget!"
"Jangan lakuin itu, karena di dunia ini ... gue udah gak punya apa dan siapa, gue dianggap tiada."
Kiara menarik napasnya yang kini terasa sangat berat. "Gue hanya punya lo doang! Di dunia ini yang masih menganggap gue hidup, hanya ... lo doang! Jangan pernah pergi dari hidup gue, dengan cara yang seperti itu."
Kiara kini mulai terisak saat menyampaikan kalimat tersebut di depan Aksa yang juga ikut meneteskan buliran bening. Sungguh rasanya dada mendadak terasa sesak, karena memang di dunia ini ia bahkan sudah dianggap tiada dan menghilang, seperti tidak pernah hadir sama sekali.
Kiara merasa sangat sakit hati, jika satu-satunya penguat untuk bertahan kini pergi meninggalkan. Ia rasa tidak akan sanggup lagi untuk menjalani arus kehidupan, dan seandainya itu terjadi sudah.
Aksa menatap Kiara intens. "Ara, maafin gue!" Kepala yang kini mulai menunduk, merasa jika dirinya sudah melakukan kesalahan terfatal dan rasa tidak sanggup untuk melihat tangisannya kembali.
Kiara mengulurkan tangannya untuk mengangkat wajah milik Aksa yang menunduk ke bawah tersebut. Ia tau jika tadi adalah emosi semata, tidak masalah yang penting tidak menjadikannya nyata.
"Lo gak perlu minta maaf, karena yang paling penting adalah lo gak lakuin hal itu."
"Gue akan bingung untuk melanjutkan hidup atau mengakhi-"
Aksa langsung membekap mulut dari Kiara. "Gak! Gue gak akan lakuin hal itu, promise!"
Langit sore yang senja kini perlahan mulai bergantikan dengan warna gelap, dan itu tandanya hari sudah berganti yang sebentar lagi akan menjelang malam.
Kiara menyunggingkan senyum saat mendengar ucapan dari Aksa yang membuat hatinya kini merasa lega.
"Syukurlah, gue akan lebih seneng lagi kalau lo nepatin janji itu," ucap Kiara dengan satu alis yang terangkat naik.
"Okey, gue janji! Tapi ... gue ada permintaan satu hal sama lo, Ara," ungkap Aksa dengan senyum smirk.
Aksa ingin meminta satu hal pada Kiara, dan sangat berharap jika itu bisa direalisasikan.
Kiara menatap intens manik Aksa, dengan kerutan jelas pada kening. "Emang mau minta apa sama gue?"
"Jangan yang ngaco-ngaco lo!" peringat Kiara dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.