Angel masuk ke dalam rumah dengan wajah yang benar-benar terlipat, dan membantingi segala hal yang ia lihat.
Suasana rumah kala itu terdengar riuh dan berisik karena benda kaca saling membentur dinding dan membuat Anindita berjalan tergesa untuk melihat siapa yang membuat ulah seperti ini.
"Apa-apaan sih kamu ini, Angel!" teriak Anindita saat melihat Angel yang tengah kesetanan seperti itu.
Angel menatap tajam ke arah Anindita. "Apa Mama tau, Kiara dengan beraninya mengaku jika dia adalah Kakak dari Angel, dan itu di depan Bagas!"
"Gue malu banget, Ma! Malu!" teriak Angel dengan suara yang melengking keras.
Angel kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya itu, dan ia mulai menangis di sana. Anindita berjalan mendekat ke arah anak kesayangannya tersebut sembari punggung yang dibelai lembut.
"Sudah, sudah! Jangan menangis gitu, nanti cantiknya kamu akan menghilang," bujuk Anindita dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang pada Angel.
Anindita kemudian mengarahkan Angel untuk duduk di atas kursi sofa yang berada tidak jauh dari tempat tersebut. Berusaha untuk menenangkan dan membiarkan rumah yang kacau balau itu, nanti bisa kembali dibersihkan.
Nafas Angel kini terlihat mulai naik turun, karenna rasa amarah yng sempat menguasainya itu. Ia masih merasa kesal dengan Kiara yang dengan lantangnya mengaku sebagai Kakaknya di hadapan Bagas itu.
Anindita menggeleng pelan kala melihat semua benda kesayangannya sudah hancur dan bersebaran di atas lantai rumah. Hanya bisa menghembuskan napas lemah, dan lagi jika marah pun tidak bisa membuatnya kembali utuh juga, jadi sama sekali tidak ada untungnya.
"Memang Kiara bilang seperti apa tadi? Dan memangnya kalian bertemu dimana?" Anindita memulai percakapannya dengan mata yang intens untuk menatap Angel.
Angel kini menarik napas dalam-dalam. "Tadi ketemu di taman deket rumah Aksa, dan dia pun ada di sana. Gak tau kenapa itu orang datang dan manggil adek, malu-maluin banget serius, Ma!"
"Aku itu malu di depan Bagas, dan pas nanya itu siapa? Bener Kakak kamu? Gue jawabnya bingung dong," sambung Angel dengan wajah yang masih merah padam.
Anindita tidak bisa berbuat banyak jika seperti inj ujungnya. Dalam hati langsung merutuki Kiara yang begitu kurang ajarnya main selonong dan manggil dengan sebutan jika dirinya adalah seorang kakak, meskipun pada faktanya seperti itu. Namun, tetap saja tidak melihat kondisinya yang seperti itu, dan buat malu orang lain saja.
"Sudah-sudah! Kamu gak usah marah dan berlebihan, nanti besok Mama akan pergi ke rumah Aksa dan memarahi Kiara di sana."