Kiara bangun pagi-pagi sekali, dan hanya bisa terdiam di atas kasur. Ia memikirkan bagaimana bisa seorang ibu berbicara begitu kasar pada anaknya sendiri, dan lagi tidak memikirkan bagaimana yang dirasakan olehnya nanti.
Sebenarnya berada di rumah Aksa begitu lama sudah membuatnya tidak enak hati, apalagi sekarang Kiara menempati kamarnya yang super rapi ini. Saat melihat Anindita, dalam benaknya ia ingin sekali dibawa pulang kembali, tetapi lagi-lagi tidak sesuai dengan yang diharapkannya.
"Ara, lo udah bangun aja," tegur Aksa yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Kiara. Ia mulai membuka semua jendela yang tertutup dengan hordeng, dan membiarkan sinar matahari menembus kamarnya agar tidak lembab.
Aksa duduk di samping Kiara dengan penampilan yang sudah rapi juga wangi. Ia saat ini hendak bersiap berangkat kerja, dan ada meeting di kantor. Tanggung jawabnya yang sebagai direktur di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan, membuatnya super sibuk.
Kiara tersenyum melihat Aksa. "Lo udah rapi aja, Sa? Udah sarapan belum, jangan lupain itu loh."
Aksa terkekeh pelan. "Lo selalu aja ingatin gue tentang itu. Gue hampir lupa malah, biar sarapan di kantor aja nanti," ucap Aksa santai.
Kiara mengangguk. "Serah lo deh, Sa. Paling penting lo harus sarapan, biar kalau meeting itu fokus kerja, bukan kemana-mana."
"Tau aja lo. Gue emang suka gitu sih, suka mikir kemana-mana." Aksa membenarkan apa yang diucapkan oleh Kiara barusan.
"Mikir kemana emangnya lo?" tanya Kiara yang rasa ingin tahunya lebih besar.
Aksa tertawa renyah. "Haha ... kepo lo!"
"Mana ada, gue cuman pengen tahu aja sih."
"Itu namanya sama, Ara! Lo kepo. Gue berangkat dulu ya, nanti yang urus tentang lo sama Bi Asih." Aksa menjelaskan hal tersebut pada Kiara, dan tatapannya jatuh pada jam yang ada di pergelangan tangan.
Kiara mengangguk. "Iya, lo gak usah khawatir tentang gue," ucap Kiara dengan senyum yang menenangkan.
Seperti biasanya Aksa sebelum berangkat kerja selalu saja mampir ke kamarnya yang sekarang sudah ditempati oleh Kiara. Ia ingin memastikan sahabatnya itu sudah bangun dari tidurnya, atau belum.
Kiara kini hanya melihat Aksa yang sudah pergi menjauh dari kamarnya. Ia melihat ke arah kakinya yang masih belum ada perubahan sama sekali, maksudnya tidak bisa bergerak