Tarian Jiwa

Em Ali Akbar
Chapter #2

Yahya Saputra

Bagi Cik Husen, hidup damai bersama istri dan anaknya adalah sebuah nikmat luar biasa yang tak bisa diganti oleh apa pun. Bahkan oleh kemewahan dunia dan isinya sekalipun.

Dalam hatinya yang sederhana ia selalu bersyukur. Begitu pula setelah pernikahannya dengan Azizah, putri Ustaz Hakim guru ngajinya, serta anugerah bayi lelaki yang Tuhan titipkan, hatinya selalu sama tak pernah berubah, selalu bersyukur pada Tuhan Sang Pemilik alam semesta. 

Bayi itu, matanya sama seperti mata emaknya yang tajam seperti cahaya fajar. Paras wajahnya bulat, titisan wajah ayahnya. Sedang rambutnya hitam lebat, umpama sebatang beringin tempat bernaung makhluk-makhluk Tuhan. Tangisnya, sebuah melodi kemesraan yang terus mengundang kehangatan.

Ditimang-timangnya bayi lelaki itu dengan cucuran air mata syukur beberapa saat, setelah cukup, dengan perasaan yang masih diliputi syukur tiada batas atas karunia Tuhan, Cik Husen lantunkan azan di hadapan bayi mungilnya. Azan penyambut kedatangan si jabang bayi ke alam dunia.

Kemudian ditatapnya bayi lelaki dalam timangannya itu.

Lihat selengkapnya