“Semoga rumah ini, bisa membuat mas dan mbak KKN ini betah, dan bisa mendukung agar mas dan mbak melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya,” ujar seorang lelaki.
Lelaki yang mengucapkan kata-kata tersebut, didampingi dua orang yang berdiri di samping kanan dan kirinya.
Dua orang yang mengapit lelaki tersebut adalah dua pamong desa, Pak Sumardi yang merupakan kepala desa, dan Bu Darsinah yang merupakan sekretaris desa.
Sementara, di hadapan ketiga orang tersebut telah berdiri delapan orang lainnya. Berbeda dengan kelompok tiga orang yang mengenakan pakain berbeda-beda, kelompok delapan orang mempunyai ciri khas suatu pakaian yang mereka pakai. Pakaian seragam delapan orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah jas almamater universitas mereka.
Ketiga penduduk asli desa ini sebelumnya telah menunjukkan berbagai sisi rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara delapan pendatang tersebut.
Kini, telah tiba waktunya bagi warga desa tersebut mengucapkan salam, untuk kembali ke aktivitas masing-masing.
“Terimakasih, terimakasih, Pak Nuryadi, apalagi sampai repot-repot datang dari kabupaten sebelah,” ujar Bagus, yang seraya ditambah kalimat serupa oleh para rekan seuniversitasnya.
Rumah tersebut memang milik Pak Nuryadi, yang pada masa orientasi sebelum penerjunan KKN telah diketahui profilnya oleh para peserta KKN. Dalam penjelasan kepada para peserta, disebut bahwa rumah tersebut merupakan salah satu kepunyaan Pak Nuryadi.
Pak Nuryadi dikabarkan adalah seorang kelahiran desa ini, yang kini telah tinggal ke kabupaten lain bersama keluarganya. Bersama istrinya, Pak Nuryadi dikaruniai tiga putra dan dua putri. Sementara, rumah ini merupakan rumah yang Pak Nuryadi bangun untuk ditinggali putra ketiga bersama istrinya bila putra tersebut sudah berkeluarga. Pak Nuryadi bilang bila putra ketiganya memang ingin tinggal di desa ini lagi bila sudah menikah.
Rumah yang menjadi posko KKN itu sendiri bisa dibilang merupakan salah satu rumah yang paling bagus di kampung itu. Dengan empat kamar tidur yang tersedia, para penghuni bisa menempati tiap kamar dengan dua orang. Ada juga teras, ruang tamu, ruang tengah, ruang makan beserta dapur tradisional dengan alat pemanas berupa tungku berbahan bakar kayu, dan sebuah kamar mandi. Selain bangunan yang belum lama selesai dibangun, perabotan-perabotan di rumah tersebut juga masih baru.
“Dua bulan di rumah ini nampaknya akan menyenangkan,” adalah kesan yang dirasakan para penghuni sementara rumah itu.
(***)
1. Andinidhipa Rara Saroso, Pendidikan Dokter
2. Bagus Budi Sasmita, Teknologi Pertanian
3. Ekadanta Sura Rene Kalandra, Teknik Fisika