Tarka Sengkalan & Simbol Masa 1997/98

RK Awan
Chapter #11

11. Simbol F dan Hexenschuss (Bahasa Jerman: Diguna-Guna Penyihir)

Pertemuan Ki Dwibanu dan Eka terjadi lagi. Ngalor ngidul lagi untuk pencarian simbol untuk ukiran sengkalan. Teko keramik berisi teh minim gula, dan kendi berisi air putih, turut hadir di atas meja.

Perbincangan kali itu membahas banyak hal, dimulai dengan Eka yang meneruskan bahasan tentang simbol huruf G besar. G besar selain sebagai simbol untuk tetapan gravitasi, juga melambangkan modulus geser dan konduktansi listrik. Eka mengamati, nampaknya Ki Dwibanu begitu antusias dengan simbol G besar ini. Dalam dua pertemuan, Ki Dwibanu nampak begitu penasaran, dan banyak bertanya tentang simbol G besar.

Ki Dwibanu kemudian bertanya tentang simbol F. F besar yang menjadi simbol gaya, konstanta Faraday, f kecil yang merupakan simbol untuk frekuensi, gaya gesek. Berawal dari membicarakan gaya, mereka juga banyak membicarakan tentang macam-macam gaya.

Eka juga menyebut tentang F yang menjadi simbol dari unsur kimia Fluorin. Berawal dari membicarakan topik kimia, Eka juga memberitahu tentang simbol naga yang ada di ukiran sengkalan. Eka bercerita tentang simbol Ouroboros, yaitu simbol naga yang tubuhnya melingkar dan kepalanya menggigit ekornya sendiri.

Ouroboros menjadi simbol keabadian. Hubungannya dengan kimia, adalah ketika kimiawan August Kekule bermimpi tentang Ouroboros, yang kemudian menjadi inspirasi baginya mencetutuskan ikatan kimia benzena. Ki Dwibanu tertarik dengan kisah itu, namun menurutnya kisah itu tak bisa lagi dibaurkan ke ukiran sengkalan.

Pada perbincangan itu, pada suatu kesempatan Eka sempat bertanya apakah boleh bila ia mengajak rekan-rekan KKN-nya untuk berbincang dengan Ki Dwibanu. Jawab Ki Dwibanu, “Boleh saja, mas Eka. Monggo. Tapi jujur saya ragu rekan-rekan mas akan berminat dengan hal ini. Apalah saya ini, yang hidup jauh dari jagat akademisi.”

Ki Dwibanu juga menegaskan, “Sejujurnya, menurut penerawangan Ki, ya cuma mas Eka saja yang cocok dengan pembicaraan simbol ini.” 

Pada akhir pertemuan itu, simbol yang sreg bagi Ki Dwibanu, masih belum ditemukan.

(***)

Pada suatu hari Minggu, ada sebuah kerja bakti membersihkan jalanan desa. John beserta tujuh rekan KKN lainnya turut membantu warga dalam aksi itu. Pada kegiatan gotong royong itu, warga juga berinteraksi saling bertukar informasi.

Pada kesempatan itu, John menyaksikan ada yang sedikit berbeda ketika warga berinteraksi dengan Eka. Di mata John, warga nampak memberi penghormatan lebih kepada Eka dibanding kepada peserta KKN lainnya. Awalnya John menanggap hal itu mungkin karena Eka lebih banyak bersinggungan dengan warga, dengan Eka yang kerap berlari mengelilingi desa.

Lihat selengkapnya