Tarka Sengkalan & Simbol Masa 1997/98

RK Awan
Chapter #17

17. Gagasan Simbol "j" Disetujui dan Kisah Ki Dwibanu dengan Para Pejabat

Hari ini adalah salah satu dari tiga ratus enam puluh enam hari yang masuk dalam masa tahun kabisat, pada bulan-bulan awal tahun 1997 Masehi.

Sudah beberapa hari sejak Eka mengutarakan ide mengenai simbol ‘j’ beserta maknanya, dan Ki Dwibanu telah menyetujui simbol itu terpatri ke ukiran sengkalannya. Baik Ki Dwibanu maupun Eka sama-sama puas. Eka sampai berpikir, bila kisah ini dituangkan dalam sebuah novel, penjelasan tentang simbol ‘j’ dan maknanya sudah pasti akan ia tulis di bagian-bagian akhir, karena bagian itu layaknya puncak.

Meski Eka sudah selesai pencarian simbol Ki Dwibanu, Eka tetap berkunjung ke ndalem Ki Dwibanu. Mereka menggunakan kesempatan itu untuk berbincang-bincang topik lain. Ketika itu, Ki Dwibanu bertanya, “Omong-omong, Mas Eka gimana dengan warga lain?”

Eka menjelaskan kegiatannya, seperti ikut kerja bakti, ikut kenduren, mengajari anak-anak sekolahan, dan lain-lain. Eka membagikan kisah tentang anak-anak yang menganggap sains dan matematika itu sesuatu yang horor. Eka turut menceritakan saat anak-anak kecil bertanya kepada John tentang presiden Indonesia yang cuma satu, yang membuat Ki Dwibanu tertawa, “Hahahaha ....”

Dari cerita Eka, giliran Ki Dwibanu yang membagikan kisahnya, “Omong-omong ya, mas Eka, tentang pejabat dan pemerintahan, saya punya banyak cerita.”

Ki Dwibanu menyatakan kisah yang pernah Eka dengar dari Bu Sutini penjual di dekat SD, bahwa jalanan mulus di desa merupakan keputusan pejabat demi kepentingan mereka. Kepentingan agar pertemuan dengan Ki Dwibanu bisa berjalan lancar.

Lihat selengkapnya