"Jangan lupa sobat muda semua, be there tonite at 10 pm, ok? We'll have fun with Dj Boy and Penyu. Well ok then keep smiling and shining everyone, bye!" Acka menutup acaranya di minggu sore yang cerah itu.
Keluar ruang siaran, Acka menuju ke mejanya. Tampak Tom repot bawa tumpukan file menuju ruang Mas Gun, pimpinan ZODA. Acka duduk dengan menyilangkan kaki ke meja, memikirkan strategi apa yang akan dipakainya untuk memenangkan taruhan itu.
"Ka, would you do me a favor?" Suara Tom menghapus rancangan strategi di benak Acka.
"What kinda?"
"These three months I've to do my final paper, so I ask you to turn over your schedule."
"What do you mean?"
"Berhubung yang lain jadwalnya gak bisa digeser, Elo siaran dobel pagi dan siang. Jadwal pagi gantiin gue, bareng Ovie." Ada penekanan di kata terakhir yang diucapkan Tom, sebenarnya ia enggan memberi peluang Don Acka untuk mendekati gadis magang itu, dia terlalu polos untuk Acka yang sudah terlalu banyak mematahkan hati banyak wanita. Tapi rupanya tidak ada pilihan lain. Dilihatnya Acka yang semula bermuka serius, perlahan mengembangkan senyumnya.
"No biggie! You'll not disappointed Tom, trust me." Acka menyanggupi.
"Owh, I've already do." Tom menggeleng membayangkan Ovie yang akan jadi bulan-bulanan si Don Juan kawe.
Senin pagi.
Acka sudah siap di ruang siaran sembari buka internet mencari bahan acara pagi itu. Ovie tergopoh masuk tanpa memerhatikan partner barunya.
"Hai Tom, tumben udah ready," sapa Ovie mengambil kursi sebelah Acka dan memasang headsetnya.
"Hai," jawab Acka datar. Gadis itu terkaget dan hampir menjatuhkan tumpukan CD di depannya.
"Tom cuti dan gue musti gantiin dia tiga bulan ini, so get ready girl," jelas Acka tanpa basa basi dan memberi tanda ke Matt acara bisa segera dimulai. Cewek berambut ikal sebahu itu hanya mengangguk, perutnya mulas, tanda hari ini tidak akan berjalan baik.
Kejadian. Siaran pagi itu 90% dikuasai cowok berkulit coklat eksotis dan berhidung bangir itu tanpa memberi kesempatan partnernya untuk mengembangkan obrolan. Cewek di sebelahnya hanya bisa berkomentar ya, tidak, oke, dan siap. Sisa 10%nya dipakai untuk memutar ballpoint, mencorat coret kertas dan mengganti CD saat disuruh.
Jam 10 acara selesai. Ovie keluar ruang siaran dengan santai. Acka mengikuti gerakan cewek itu dengan ekor matanya dan tersenyum sinis. Di sofa, gadis itu mengikat rambut ikalnya asal-asalan dan memakai jaket jeansnya saat Mas Gun berjalan ke arahnya.
"Ovie, mana Acka?" Belum sempat menjawab, Acka keluar dari ruang siaran.
"Ada apa Mas?" tanya cowok berambut spike itu duduk di samping Ovie.
"Lo gak seharusnya monopoli acara kayak tadi, ini bukan siaran lo sendiri Ka, itu nanti sore. Acara pagi ini lo harus kerjasama, gue gak suka dengarnya dan banyak telepon masuk yang isinya komplen semua. Gue gak mau besok seperti ini lagi, paham?"
"Maaf Mas, bukan sepenuhnya salah dia, saya juga kurang fit hari ini dan gak konsen. Sekali lagi maaf mas, besok gak akan terjadi lagi, janji." Potong Ovie cepat membungkam Acka yang sudah siap bicara. Mas Gun mengangguk dan meninggalkan lobi kembali ke ruangannya, mukanya merah menahan emosi karena tahu kelakuan Acka -sepupunya- pasti ingin mempermalukan Ovie si anak baru dan menjadikan cewek itu target keplayboyannya.