Senin kembali menyapa setelah Sabtu dan Minggu pulang ke peraduannya. Pepatah "I don't like Monday"tidak berlaku buat Acka. Pagi itu ia datang siaran dengan tampilan keren. Kemeja berpadu kaos, jins hitam aksen sobek di salah satu bagian lutut, sepatu kanvas dongker dan semilir Hugo Boss Elements Aqua yang tercium begitu sang playboy membuka pintu studio. Ovie yang mulai hafal bau wangi ini spontan menoleh dan tersenyum heran, tapi karena Matt sudah memberi kode pada Acka untuk segera mulai siaran, ditundanya rasa penasaran untuk bertanya dan keduanya langsung serius bertugas.
"Ok, next request dari siapa Vie?"
"Ini dari Miko di Pajajaran, buat anak-anak skuter, 'ayo touring lagi', gitu katanya."
"Ok, sekalian deh gue juga mau sapa buat cewek yang waktu itu histeris sampai speechless gara-gara seorang penyanyi, jangan gitu lagi ya, ada gue yang real bakal ngelindungin lo selamanya, bukan dia, oke?" kata Acka sembari menatap Ovie. Cewek itu belum sepenuhnya sadar yang terjadi.
"Ciee ada yang romantis nih pagi-pagi, oke deh sobat muda langsung kita dengerin Yovie Nuno -Maukah Denganku-." Ovie memutar lagu. Alunan lagu terdengar samar, Ovie membuka headsetnya dan memutar kursinya menghadap Acka .
"Kasmaran nih Om? Siapa tuh ceweknya?" goda Ovie masih tampak polos.
"Aduuuh, yang kemarin malam histeris jejingkrakan gara-gara ELEMENT itu siapa? Ya kamu dong Ovie ...!" bisik Acka sambil mengacak pelan rambut cewek di depannya . Ovie melongo, Acka menyeruput kopi, mengedipkan sebelah mata pada gadis penggemar band fenomenal itu dan menggeser kursinya mendekati Matt, entah membicarakan apa. Sementara itu di balik pintu ruang siaran, trio kadal mengintip sambil cekikikan melihat adegan sinetron itu.
Ovie siaran tanpa banyak bicara membuat pria yang berada di sampingnya harus mengoceh ekstra demi kelancaran siaran pagi itu. 15 menit kemudian acara kelar dan perempuan berambut sebahu itu langsung keluar ruangan setelah membereskan barang-barangnya tanpa melirik sedikitpun pada cowok di sampingnya. Pandangan Acka mengekori sampai gadis itu menutup pintu. Setelah mengatur napas beberapa kali, cowok itu keluar ruangan hendak mengejar Ovie. Di sudut ruangan tampak pemandangan trio kadal yang lagi terpingkal karena sudah yakin mereka bakal menang dan Acka bakal ditolak mentah-mentah oleh si pegawai magang itu. Sambil berlari, Acka mengacungkan jari tengahnya pada kumpulan jomblo ngenes itu.
"Vie tunggu!" Acka mempercepat larinya mencoba menyusul Ovie yang tergesa menyusuri parkiran motor. Gadis itu menoleh sekilas lalu meneruskan langkahnya.
"Vie!" Acka berhasil menangkap bahu si penyiar magang. Keduanya bertatapan dan gantian Acka yang terlihat salah tingkah.
"Kamu marah Vie?"
"About what?"
"Di ruang siaran tadi lah." Acka harap cemas.
"What do you think I supposed to do with that statement?"
"Terima gue tentunya," jawab Acka tegas tanpa melepas pandangannya.
"Why Should I?"
"Karena kita sama-sama saling suka lah!"
"Seriously? Pede banget ya," sahut Ovie tajam. Sesaat genggaman tangan Acka di bahu Ovie mengendur. Tangan cowok itu mendadak lemas.
"So, I have no chance ya?" tanya Acka menunduk seraya mundur perlahan. Sedetik kemudian kepalanya mendongak, kaget dengan jemari Ovie yang tiba-tiba sudah menggenggam jari kokohnya.
"Gitu aja cemen ih." Ovie tersenyum mengedipkan sebelah matanya. Acka terperangah.
"Jadi?"
"Ayo anterin ke kafe," ajak Ovie semangat. Muka tengil Acka berubah cerah langsung menggiring Ovie ke motornya dan melesat pergi meninggalkan ZODA.
Selesai mengantar Ovie, Acka balik ke kantor ZODA disambut muka-muka penasaran trio kadal.
"Gagal kan, Ka?" tanya Coki.
"Just prepare the money!" tagih Acka memperlihatkan foto sepasang kekasih yang baru resmi jadian di ponselnya.
"Ah shit! Raja kadal lo!" Penyu dan dua orang rekan jomblonya membuka aplikasi e-banking dan mentransfer sejumlah rupiah sebagai uang muka taruhan itu.