Acka memainkan peranan sebagai kekasih yang baik, perhatian, dan romantis sepanjang dua bulan ini. Dilihatnya sikap Ovie semakin percaya dan sayang padanya. Lembaran rupiah yang bertumpuk beterbangan dalam benak si penggombal itu. Tunggu sebentar lagi dan ia akan terbebas dari si penyiar magang mungil itu.
Memasuki bulan ketiga. Acka tidak siaran bareng Ovie lagi karena bertugas meliput acara Pekan Raya Jakarta di Kemayoran selama dua minggu. Buaya darat itu senang karena akan berada jauh dari Ovie sehingga akan memudahkan rencananya untuk memutuskan gadis itu nantinya. Hari terakhir sebelum Acka ke Jakarta, ia mengajak Ovie ke salah satu kafe di bilangan Dago.
"2 weeks?" Mata besar Ovie menatap orang di depannya sendu.
"I'll call you everyday," janji sang cowok.
"Never make a bullshit promise," gerutu Ovie.
"Don't trust me, heh?"
"Just ask yourself!" Ovie duduk memutar membelakangi cowok yang hampir 3 bulan ini bersamanya. Acka memegang bahu Ovie dan perlahan memutar duduk gadis itu agar kembali menghadapnya. Pandangan keduanya bersirobok. Acka menggenggam tangan Ovie dan menaruh tangan gadis itu ke dadanya.
"Ok, maybe I won't call you everyday, but if you always stick in my mind everyday, what should I do?" gombal Acka.
"Get an eraser to vanish it!"
"I can't. It's hard."
"Silly!!" Hanya senyuman yang mampu diberikan gadis itu. Dalam hati Acka berteriak, "Aw, mudahnya kau terjerat, sayang!"
Acka meraih tubuh gadis itu dan merangkulnya sambil membayangkan berapa gadis yang akan luluh padanya saat di Jakarta nanti.
***
Suasana PRJ jumat sore itu sangat ramai. Mobil radio ZODA berjejer bersama beberapa mobil radio lainnya di salah satu sudut arena pameran itu. Acka lagi cuap-cuap memberikan reportase sore buat para pendengar ZODA. Selesai siaran, cowok itu keluar dari mobil, duduk di kursi lipat menikmati lalu lalang pengunjung yang tak henti memadati lapangan di dekat panggung tempat para band pengisi acara akan tampil nanti malam. Jenuh menyergap, refleks Acka mengambil ponselnya menghubungi Ovie. Nada sambung terdengar.
"Hai Ka!" Suara seksi di depannya mengagetkan fokus Acka, sementara di ujung sana nada sambung berubah menjadi suara Ovie.
"Halo Ka?!" panggil Ovie. Acka tak merespon. Matanya terpaku pada sosok di depannya.
"Myrtha?" tanya Acka lirih sembari menjauhkan ponsel dari telinganya dan seketika menutup sambungan teleponnya.
Wanita tinggi langsing semampai berambut coklat bergelombang berparas cantik memakai seragam khas SPG rokok tersenyum genit di depan penyiar ZODA itu. Dia salah satu korban rayuan Acka waktu acara di Jakarta tempo hari. Senyum cowok itu mengembang, tak menyangka akan mendapat durian runtuh. Gayung bersambut, Acka menyanggupi tawaran Myrtha untuk bertemu nanti malam di salah satu klub malam tempat mereka pertama kali bertemu. Selepas cewek seksi itu pergi untuk kembali ke stan-nya, Acka teringat sesuatu, Ovie! Cepat-cepat dihubunginya cewek itu.