Taruhan

Nurul Fitria
Chapter #9

#9

Sampai di Bandung, Acka langsung melesat naik taksi ke tempat acara. Tidak ada waktu buat jemput Ovie karena waktunya mepet. Ia menelepon Ovie memintanya untuk bertemu di kafe, gadis itu setuju.

Acara berlangsung lancar. Acka sempat melihat Ovie datang bareng Boy dan Coki, dan seketika perkara taruhan itu muncul sekelebat di benaknya melihat dua cowok kampret itu. Acka mengumpat dalam hati, tatapannya bersirobok dengan gadis itu dan memberi isyarat akan menemuinya dua jam ke depan karena tugasnya sebagai pembawa acara masih membelenggunya, terpaksa hanya senyum rindu yang bisa tersampaikan dari atas panggung.

Pukul dua belas lebih lima belas menit malam acara telah usai. Ovie menanti di parkiran motor bareng Coki.

"Woi Cok, sorry lama di dalam, biasa tuh Mas Gun pake basa basi." Acka datang merangkul pundak salah satu dari trio kadal itu.

"Kalem bos, nih kunci motor lo, sekalian anter si Ovie ya, gue ditunggu Boy mo lanjut dugem, hehe." Coki menyengir melemparkan kunci ninja Acka, mengedipkan mata seolah tahu apa yang akan dilakukan Acka pada Ovie malam ini.

"Siap, nuhun nya geus pangmawakeun motor!" teriak Acka karena Coki sudah melesat ke arah Boy yang menunggu di minimarket depan kafe. Coki melambai tanpa membalikkan badan.

"Hai cewek," panggil Acka lembut menghampiri Ovie yang duduk di atas motornya. Ovie tidak berkata apapun, hanya tersenyum dan merangkul cowok itu erat. Acka pelan mencium keningnya dan menatap dalam kedua iris coklat gelap di depannya.

"I miss you," lanjut Acka lagi. Cengiran para kadal yang muncul di pikirannya langsung ditendang jauh-jauh. Ia tidak ingin memikirkan masalah taruhan itu malam ini.

"Gombal." Jari telunjuk Ovie menjawil ujung hidung mancung Acka.

"Serius!" Rasa rindu yang teramat besar melanda Acka yang selama ini tidak pernah merasakannya dengan wanita manapun.

"Disana gersang cewek gitu? Acara besar gitu, pasti banyak SPG seksi seliweran, cuci mata terus yang ada, iya kan Ka?" goda Ovie.

"Banyak sih, tapi kan gak ada yang kayak gini," timpal Acka sembari mencubit gemas kedua pipi gadis di depannya.

"Hmm, capek gak Ka?" Gadis manisnya itu mengoyang-goyangkan lengan Acka yang kekar.

"Kenapa?"

"Ke warung tenda roti bakar di Dago yuk."

"Lapar neng? Tadi di dalam gak makan apa?"

Lihat selengkapnya