Ovie tak mau buang waktu. Esoknya ia janjian dengan kedua sahabat Tasya di kantin kampus kakaknya itu. Sambil menunggu, Ovie melahap ketoprak pedas pesanannya dengan emosi bercampur, antara tidak sabar menunggu teman-teman Tasya, kesal tak tahu wujud Acka karena tidak ada satupun fotonya, dan lapar berat karena sejak terbangun gara-gara memimpikan Tasya ia tidak bisa tidur lagi, terlalu bersemangat memikirkan rencana untuk mencari sosok pria yang merenggut nyawa kakaknya.
Selang tiga puluh tujuh menit, dari kejauhan tampak dua orang gadis berlari kecil menuju kantin. Salah satunya melambaikan tangan ke arah Ovie. Adik Tasya itu mengangguk dan tersenyum tipis.
"Sorry Vie, dosennya killer, mana ngasih kuis dadakan lagi." Gadis tinggi semampai dengan tanktop berpadu kemeja yang diikat di bagian perut dan rok jeans mini itu mengambil duduk di depan Ovie.
"Gue juga bantuin anak-anak fotografi dulu tadi jadi model bentar." Gadis berambut panjang gelombang dengan polesan makeup tebal dan sackdress ketat duduk di sebelah temannya itu.
"Gak apa-apa kok Mbak Ita, Mbak Ola." Ovie tersenyum maklum. Dalam hati ia heran mengapa kakaknya yang notabene anak cupu, tidak gaul, introvert, bisa berteman dengan cewek-cewek macam model di depan matanya ini.
"Gimana, udah selesai beres-beres barang Tasya?" tanya Ola. Ovie mengangguk.
"Terus keadaan lo sendiri gimana, tampang lo kusut banget Vie." Ita menimpali.
"Yang jelas sih masih jauh dari kata baik-baik aja Mbak." Setitik air mata keluar dari persembunyiannya.
"Udah Vie, kalau lo sedih terus, dia bakal gak tenang di alam sana." Ola mengelus pelan punggung tangan adik sahabatnya itu.
"That's why I need your help, both of you." Ola dan Ita berpandangan heran mendengar permintaan Ovie.
"What kinda?" Ita mengernyit tak paham.
"Kalian kenal dengan Acka?" Di luar dugaan Ovie, kedua gadis itu menggeleng.
"Tasya gak pernah cerita tentang cowoknya?" Gantian Ovie yang keheranan.
"Lo tahu sendiri dia gak selalu cerita semuanya ke kita Vie, apalagi kalau nyangkut cowok. Gue malah kaget lo ngomongin dia punya cowok. Anak itu kan tertutup banget, bahkan sama kita sahabatnya sendiri," cerocos Ita.
"Tadi lo bilang namanya Acka? kayak pernah dengar deh." Ola tampak mengingat- ingat.
"Ya, dia penyiar radio ZODA di Bandung." Ovie membuka diary kakaknya.