Ovie baru saja beres siaran perdana bareng Tom dan sedang asyik bertanya pada Matt sang operator ketika didengarnya seruan Tom di luar.
"Weh Acka, nongol juga lo hari ini!"
"Ooii Tom!" seru Acka yang baru masuk dari pintu samping.
Seketika jantung Ovie berdesir. Dipasangnya telinga baik-baik mendengar percakapan di luar ruangan.
"Ok, target rupanya sudah muncul. Gue bisa, harus bisa!" Yakin hati Ovie sebelum menuju keluar. Diintipnya sosok penyiar yang sedang mengobrol sama Tom itu. Benar kata Ita, sosok bertubuh tinggi, dada bidang, kulit sawo matang khas cowok Jawa itu memiliki aura lelaki perayu yang pesonanya tak bisa dielakkan begitu saja, akan tetapi dendam lebih mendominasi hati gadis itu. Matanya berkilat penuh amarah melihat gerak-gerik cowok mantan kakaknya itu.
Boy masuk bersamaan dengan Ovie yang keluar sembari tersenyum. Tanpa melihat Acka yang pasang tampang manis di sofa sebelah, Ovie beringsut mengambil tasnya di meja depan sofa dan berlari kecil meninggalkan kantor. Sang playboy mangkel. Tidak menyangka akan dianggap lalu oleh anak magang baru itu.
Di pinggir jalan depan kantor, Ovie mengatur napasnya yang memburu. Dia yakin telah membuat bete sang target dengan mengabaikan senyum manis kadalnya.
"I'll get you Acka, ASAP!" gumam Ovie sambil menyetop angkot yang lewat dan naik menuju kafe tempatnya magang.
Sudah seminggu ini Ovie kucing-kucingan sama Acka. Dia mulai hafal jam Acka datang ke kantor dan sengaja cepat menghindar tiap dirasa gelagat cowok itu akan menghampirinya. Ovie tahu cowok itu mulai jengkel karena belum berhasil menegurnya.
Siang itu Ovie baru selesai siaran dan seperti biasa harus segera ke kafe, tapi panggilan alam mendesaknya untuk segera ke toilet. Ketika kembali untuk mengambil tasnya yang tertinggal di sofa, tak sengaja didengarnya obrolan para jomblo ngenes komplotan Acka.
"Hmmm, gue ada ide," celetuk Penyu. Semua kadal amatir disitu menoleh dan serempak mendekat.
"Kita taruhan!" bisik Penyu mantap.
"About?" Coki penasaran.
"Acka and Ovie lah off course."
"Hehe boleh juga ..." Boy menyeringai.
"Berapa?" tantang Acka yang mulai bersemangat.
Deg!! Ovie merapatkan dirinya ke dinding demi mendengar lebih jauh percakapan tak bermutu itu. Rupanya cowok itu belum berubah dan sekarang mengincar dirinya untuk dijadikan target. Pelan garis bibirnya membentuk seringai.
"Ok Acka, kita ikuti caramu," batin Ovie. Setelah cukup mendengar rencana busuk para kadal itu, Ovie keluar dari kantor dan meminta tolong satpam untuk mengambilkan tasnya karena tidak sudi bertemu para cecunguk itu.