Ovie baru kembali dari kantin belakang kantor sambil menyeruput milkshake coklat menuju ruang siaran saat sayup-sayup didengarnya suara Mas Gun dan Acka mengobrol di ruangan bosnya itu. Tubuhnya merapat ke jendela ruang Mas Gun mencuri dengar lebih banyak.
"Jadi Ka, tiga hari lagi acara di PRJ itu diadain dan lo sama Matt yang bertugas di sana selama dua minggu, ok?"
"Kenapa kudu gue sih Mas?" Acka tampak enggan menerima.
"Ah, biasanya lo paling semangat dapat tugas luar kayak gini, mana pasti banyak cewek seliweran nanti disana, gak minat lagi sama cewek?" ledek Mas Gun yang tak tahu perkembangan Acka dan Ovie.
"Yaa ... bonus itu mah Mas." Acka nyengir, sebuah pulpen melayang mengenai dahinya dibarengi gerutuan Mas Gun.
"Tar Ovie siaran sendiri lagi ?" Penyiar kadal itu mengusap dahinya yang terkena lemparan pulpen, bertanya dengan raut seolah tak begitu peduli, menutupi rasa penasaran yang mengganjal.
"Hmm, tumben lo mikirin? Udah insyaf lo? Urusan gue itu mah, panggil dia kesini. Gue mau kasih tau dia juga soal PRJ ini. Ok fix ya, udah sono keluar." Bosnya itu mengibaskan tangannya tanpa melihat bocah playboy itu, matanya nanar menatap komputer. Acka mencibir dan bangkit menuju keluar. Ovie gelagapan dan secepatnya berbalik kembali ke arah kantin.
Malamnya, sehabis pulang dari kafe, sambil duduk di ujung tempat tidur, Ovie menghubungi Ita.
"Kenapa Vie?" teriak Ita menjawab telepon.
"Eh buset dah teriakannya! Lagi dimana sih?" Ovie menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Gue bareng Ola mo dugem nih, ini masih di mobil Ola, ups suara musiknya kencang benar ya? Hahaha, kenapa Neng?" Menyadari kebodohannya, Ita mengecilkan volume radio mobil dan menyetel speaker ponsel agar Ola bisa ikut mendengar ocehan Ovie.
"Ada kerjaan buat kalian, ini tentang Acka," seru Ovie membuat Ola segera menepikan mobil dan menatap Ita lalu mengangguk.
"Ok Vie, lanjutkan," kata Ola. Perbincangan intens di dalam mobil itu menggagalkan acara dugem kedua gadis yang sudah berdandan seksi itu.
***
Sepasang mata dengan bulu mata palsu panjang lentik mengamati gerak-gerik Acka yang baru beres siaran dari mobil radio ZODA di lapangan PRJ dan sedang mengeluarkan ponsel akan menelepon seseorang. Pemilik mata lentik itu perlahan mendekati Acka.