Ovie sudah mendengar rencana kepulangan Acka yang dipercepat dan cewek itu sudah menyiapkan rencana lainnya yang akan terjadi hari ini. Sekarang Ovie lagi di kafe, baru beres kerja dan sedang istirahat bareng Bobby. Diceknya ponsel yang dari tadi terus bergetar selama dia kerja. Ternyata Acka yang terus-menerus meneleponnya. Ovie mendesah pelan.
"Hadeuh, kenapa tuh bocah jadi rajin nelepon sih?"
"Kangen kali sama ayang mbeb," goda Bobby membuat Ovie langsung memukul lengan kekar cowok itu dengan gemas.
Ponselnya berdering lagi, ditepuknya lengan Bobby yang lagi duduk di sebelahnya dan memberi kode untuk menjawab telepon itu. Bobby menerima telepon dan menanggapi suara Acka yang emosi dengan santai. Ovie menyimak obrolan dan menahan tawa mendengar cowok di seberang telepon meradang.
"Hush siniin deh teleponnya, iseng banget sih ..." Ovie mengambil alih ponsel setelah mendengar nada cemburu dari suara Acka.
"Ovie? Lo lagi dimana? Siapa itu? Kenapa susah banget dihubungi?" tanya Acka bertubi-tubi.
"Hai Ka! Kemana aja sih, sibuk banget ya? Gue di kafe, tadi barusan Bobby, shift kerja kita barengan, gue barusan dari wc. Laporan selesai!" Suara Ovie terdengar riang tanpa tahu muka merah padam dan deru napas Acka yang sibuk naik turun. Acka kesal dan gak terima karena Ovie susah dihubungi dan sekalinya telepon nyambung malah diangkat sama cowok. Ovie tos sama Bobby karena berhasil membuat Acka kelimpungan dan sekarang penyiar magang itu melembutkan intonasinya bertanya kenapa Acka harus semarah itu.
"Kenapa ketus gitu sih Ka nadanya? Ada masalah di PRJ?" tanya Ovie sok polos.
"Gue ... well ... I'm jealous ok!" terdengar embusan napas panjang Acka setelah beberapa detik hening tanpa kata.
" Eh, kenapa Ka?" Gantian Ovie yang gelagapan tak menyangka akan jawaban Acka.
" Gue kangen Vie, sore ini gue pulang naik kereta, Mas Gun nyuruh gantiin Penyu acara nanti malam, kita ketemu disana ya, ok? Gue udah sampai stasiun, gue kabarin kalo udah di Bandung ya, bye Vie." Dalam satu tarikan napas Acka mengucapkan satu kata yang tabu diucapkannya selama menggaet cewek, terselubung diantara kalimat pemberitahuan yang baru saja dilontarkannya tanpa memberi kesempatan pada Ovie untuk membalasnya.
Ovie mematung dengan ponsel masih menempel di telinga walaupun sambungan telepon sudah terputus. Kata-kata Acka masih menghipnotisnya dan baru tersadar saat Bobby menyenggolnya.
"Kenapa lo, Vie? Kayak yang kehipnotis." Bobby melambaikan tangan di depan wajah Ovie yang mematung.
"Kayanya ... rencana kita berhasil Bob." Ovie pelan menurunkan ponselnya, menatap was-was cowok di depannya itu.
"Wow, dia ngaku sayang sama lo? Bagus dong, usaha kita gak sia-sia. Kenapa lo kayak ketakutan gitu sih?"