TARUK

Ratna Arifian
Chapter #20

PESAKITAN

Ruangan berukuran 8 x 4 meter itu diisi oleh sepuluh orang tahanan. Begitu pengap karena bau lembap dari dinding yang berjamur dan lapuk, ditambah aroma keringat yang menguar dari kesepuluh penghuni sel yang sedang menghadapi hawa panas musim kemarau. Lauk-pauk sederhana yang tak cukup memenuhi nilai gizi, menjelma kemewahan yang selalu dinantikan kehadirannya. Rutinitas yang monoton dan membosankan, mengguncang jiwa yang haus akan kebebasan. Meratapi nasib, hanya akan menjadi perbuatan sia-sia untuk dilakukan.

Khavin lebih sering duduk diam di sudut sel tahanan sempit itu. Ia malas berinteraksi dengan penghuni lainnya. Perampok, pemadat, hingga pembunuh, telah menjadi teman sekamar Khavin sejak setahun lalu, sampai nanti—sebelas tahun lagi. Akibat dari pilihan yang salah, Khavin menanggung kemalangan yang amat berat—dihukum dua belas tahun penjara dan harus membayar restitusi 25 miliar rupiah. Seluruh aset yang Khavin miliki, hasil kerja kerasnya menjadi atlet, telah habis tak bersisa. Termasuk mobil kesayangannya, Jeep Rubicon hitam yang selalu menemani hari-harinya di masa jaya, yang kini telah berpindah tangan. Merana dan hampa adalah yang tersisa dalam hidup Khavin. Seluruh dunia mencerca, bahkan orang-orang hina yang satu ruangan dengannya. Sambil mentertawakan diri mereka sendiri, mereka pun mentertawakan Khavin.

“Masih muda sudah jadi pesakitan.”

“Kalau jadi kamu, aku lebih memilih mati saja.”

“Kamu pasti diberi makan uang haram sama orangtuamu, makanya tabiat kamu buruk.”

Khavin menanggapi cemoohan itu dengan diam, atau kadang ikut tertawa. Khavin telah melepaskan dirinya yang lama. Saat ketukan palu persidangan terdengar, Khavin yang lama telah mati. Namun, satu hal yang selalu Khavin rindukan, yakni dunia di bawah air. Khavin merindukan masa-masa ia bisa berenang bebas di dalam air, dalam keheningan dan kedamaian. Menjauh dari riuhnya dunia. Impian yang telah ia lepaskan adalah satu-satunya penyesalan bagi Khavin. Namun, menyaksikan kehancuran keluarganya, adalah hasrat terpendam Khavin sejak lama.

Perbuatan buruk Khavin telah membuka kotak pandora yang selama ini terkunci rapat. Kotak pandora yang menjadi rahasia hidup Samuel. Kotak berisi segala macam perbuatan tercela dan keserakahan itu telah terbuka lebar dan tumpah berhamburan. KPK telah menemukan berbagai bukti tindak pidana pencucian uang dan gratifikasi yang dilakukan Samuel. Sebagian harta Samuel diserahkan pada negara sebagai denda dan uang pengganti. Selama empat belas tahun lamanya, Samuel akan hidup dalam kesengsaraan dan kehinaan.

Sementara itu, Marina dan kedua kakak Khavin tetap menjalani hidup mereka dengan normal. Beberapa bisnis yang dijalankan Marina dan Jonathan, sudah ditutup karena dampak kasus Samuel dan reputasi yang telah rusak, seperti kantor konsultan pajak dan galeri seni, juga beberapa cabang klinik kacantikan, dan restoran. Kini, yang tersisa hanyalah toko pakaian dan beberapa klinik kecantikan Marina yang masih beroperasi.

Sementara itu, Stevie tetap menjalani profesinya sebagai dokter sekaligus wakil direktur rumah sakit. Karena harga diri yang terluka dan reputasi yang hancur, mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang lebih tertutup. Tak sekalipun mereka mengunjungi Khavin di penjara. Kebencian mereka pada Khavin menjadi lebih besar dari sebelumnya. Mereka menyalahkan Khavin atas semua yang terjadi. Khavin tak peduli, jika tak diterima lagi di keluarganya. Lagipula, ia tak berniat untuk kembali ke sana saat bebas nanti.

Lihat selengkapnya