Reunian adalah acara yang selalu gue hindari. Selesai shooting gue menghampiri Rena di ruang tunggu.
"Ren, mau nanya dong."
Saat itu dia sedang main dengan Heru.
"Apa?"
"Lo mau ke reunian?"
Tanpa berpikir dia menjawab ,"No."
"Ok."
"Kamu?" Tanya Rena
"Kalau Lo nggak gue juga nggak. Males."
Rena tak menanggapi, dia kembali main puzzle sama Heru. Gue yang lagi malas kembali ruang kerja pun malah duduk bersama mereka.
"Om jago bikin ginian."
Heru yang judes hanya mendengus. Rena mengelus kepala Heru, "Harus sopan sama siapapun Heru."
"Iya." jawab Heru lembut.
"Mau main basket nggak sama om."
Heru menatap ambunya lekat. "Main dimana om?" Tanya Heru akhirnya.
"Di deket sini ada lapangan basket indoor. Om kadang kesana."
"Mommy?"
Rena hanya melihat anaknya yang terlihat tertarik. "Ya udah"
"Sepatunya bawa nggak?"
"Bawa dong" jawab Heru arogan. Tapi, menggemaskan.
Sesampainya di lapangan basket, "Ron, sejam ya."
"5 menit ya."
Ternyata ada pertandingan di dalam sana. Gue, Rena , dan Heru menunggu di pinggir lapangan. Rena terlihat antusias menonton pertandingan basket amatir ini.
"Pasti udah lama nggak lihat yang kayak gini."
" Nggak, ayahnya Heru juga suka kok main basket."
Ah...
Ronron membubarkan pertandingan karena sudah habis waktunya. Biasanya jam segini Ronron tidak membuka lapangan dulu untuk istirahat makan malam. Tapi, karena ada gue jadinya dia nggak peduli lapangannya dipakai.
Oh ya kenapa namanya Ronron? Sebenarnya gue juga nggak tahu nama aslinya. Tapi, karena dia suka Ron di film Harry potter jadinya dia bikin julukan Ronron.
"Come on Heru, pass to me!"
Rena terus melihat kami dengan wajah sumringah. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
"Om beneran atlit basket?"
"Iya dong!"
"Masa daritadi nggak masuk ring sih bolanya."
Dari luar lapangan tawa nyaring Rena membuat gue teralih. Karena tertangkap basah dia langsung diam.
"Udah lama om pensiun heheheh."
Heru yang biasanya susah banget cuma buat senyum. Tiba-tiba tertawa nyaring. Gue langsung lihat Rena daan yang gue lihat adalah dia terlihat takjub.
Apa Heru memang sulit tertawa? Semenjak Ayahnya tiada?
Heru tertidur di paha Rena karena kelelahan. Kami makan di saung sunda yang enak banget. Kesukaan gue.
"Maaf nih makannya nggak sesehat biasanya."
"Aku jarang malah makan makanan buatan sendiri. Paling kalau merasa badan nggak enak baru deh. Tapi sehari-hari ya makan kayak gini."
"Heru nggak akan lapar?"
"Nanti pagi aja kusuruh makan banyak"
Banyak banget cerita yang mau gue cerita Ren.
Kehidupan keluarga gue ,cita-cita gue, Lo. Kayak dulu.
Pada akhirnya gue cuma diam. Menatap Rena yang makan dengan lahap.
"Kepala aku bisa bolong dilihatin terus kamu," kata dia tiba-tiba bahkan tanpa melihat gue. "Ngomong aja Fran."
"Lo dulu kenapa menghilang?"