TASTE OF YOUTH

Dwirulianti Midori Putri
Chapter #11

DIARY BERJALAN

Kapan terakhir kali bicara dari hati ke hati sama orang lain? Tentunya tanpa di jugde orang lain.

Kalau mau di dengar mending ke psikiater aja sekalian. Bayar, ngomong, dikasih saran mungkin, dan you know kamu bukan satu-satunya manusia dengan masalahnya.

Aku dulu dekat dengan Kirana. Aku cerita ke dia kenapa aku nggak suka pindah ke Indonesia. Lalu, apa yang di bilang?

"Bersyukur aja Ren. Lo dari keluarga baik-baik."Dengan acuh tak acuh dia menjawab. Kala itu aku kesal, tapi barulah aku tahu, kalau dia terlahir di keluarga tanpa ayah. Ayahnya pergi bahkan sebelum dia lahir.

Sulit untuk kembali membuka cerita. Hingga suatu sore di pinggir lapangan basket sekolah. Zafran sedang menikmati angin sehabis latihan.

"Lo lebih suka dengerin orang ya?"

" Nggak juga sih. Aku tahu banget rasanya nggak didengerin. Jadi, kalau ada yang butuh didengerin sebisa mungkin aku dengerin. Nggak susah kok. Yang susah itu keinginan kita untuk membandingkan hidup kita sama dia. Masalah boleh sama, tapi perasaan orang kan beda-beda."

"Gue nggak setuju," Zafran mendekatkan wajahnya ke depan wajahku. Dan berbisik, "Hidup Lo, milik Lo. Nggak usah merasa wajib dengerin orang hanya karena Lo merasa nggak didengerin. Jangan terlalu baik, nanti dijahatin."

Dia menjauh, barulah aku bisa bernafas. Mata cokelatnya sangat berbahaya.

"Kecuali, lo cerita ke gue. Pasti gue dengerin. Kalau lo butuh saran gue kasih, kalau nggak juga nggak apa-apa. Gue bakal jadi diary berjalan lo."

"Uh.. thanks for that Fran."

"I love the way you call me Fran."

"Bukannya semua orang panggil kamu Fran?"

"Nggak tahu juga ya. Enak aja gitu dikuping"

"Pervert," ledekku.

"Apa artinya?"

"Cari sendiri! Yuk balik!"

Jalan pulangku dan dia sama. Rumah kami dekat. Jadi, setiap pagi sering tak sengaja bertemu karena kami sama-sama naik bus. Pulang pun jadi selalu bareng.

"Kenapa ya, aku selalu nggak nyaman ke Indonesia? Bukannya nggak cinta tanah air. Cuma nggak nyaman."

Kataku saat kita sedang berjalan perlahan menuju halte bus. Dia tak menanggapi, hanya mengangguk. Aku pun melanjutkan.

"Kalau aku bilang mau balik lagi ke Amerika mereka marah nggak ya?"

"Mereka siapa?"

Lihat selengkapnya