Seminggu dua kali setidaknya gue selalu pulang ke rumah. Dengan mobil usang gue yang juga cicilan ini gue bawa mobil ini untuk pulang.
Wah mobilnya apa nggak rusak parkir di kantor aja? Ya dong tapi kalau minta tolong OB atau satpam buat panasin mobilnya jadi nggak apa-apa dong?
Gue terlalu sibuk cuma buat ngelirik mobil merah kecil ini yang selalu terparkir di basemant gedung kantor.
Kata Bobby " Mobil lo bakal wafat bahkan sebelum dia lunas"
" Asuransi" jawab gue asal karena gue lagi riset untuk ssgmen minggu depan. Kadang gue salut sama si Bobby yang tetap mau ngajak gue ngobrol padahal sudah tahu gue nggak akan banyak nanggepin dia.
Mungkin bagi dia yang penting gue bisa ngomong dan komentarin hidup orang lain. What's a life bro?
Gue ini suka banget malam hari di kota besar kayak gini. Lihat lampu-lampu, mobil-mobil, pedagang kaki lima. Ah, jadi ingin beli sate.
Kayaknya perut gue sudah enek banget makan nasi padang sama mie instan. Dulu perut gue six pack karena main basket sekarang baloon pack. Well, i don't mind. Lucu juga kok punya perut buncit. Bapak gue punya perut buncit and he still alive and happy.
Gue parkir di depan pedagang sate langganan. Pedagangnya sepasang suami - istri. Sang istri selalu senyum ramah setiap lihat gue. Rasanya kayak main ke rumah teman.
" Eh, mas Zafran"
" Sate kambing ya bu"
" Ok. Minggu kemarin kok nggak kesini? Sibuk ya di kantornya?"
" Iya nih, lumayan menguras tenaga."
Minggu kemarin memang hectic parah gara-gara tema yang sedang proses editing ini ternyata sudah dibahas duluan sama TV pesaing di minggu yang sama. Gue sebagai produser tidak terima. Dalam waktu 3 hari sebelum penayangan gue push tim gue untuk ganti tema. Terutama tim penulis. Ya, si Wulan. Karena berat semua tim turun tangan.
" Jangan lupa makan yang bener. Jangan sampai kurus. Lihat tuh muka gantengnya pucat"
Gue melirik sang suami yang sibuk bakar sate sepertinya tidak keberatan sang istri memuji pria lain. Mungkin dimata mereka gue bukan pria tapi anak.
" Aduh, iya bu. Suka lupa makan"
" Sate disini udah masuk ojek online loh. Pesan aja kalau lapar",
Wow, si ibu marketingnya sudah level S3. Gue hanya mengacungkan jempol sambil menikmati sate-sate kambing ini. Tidak lupa di cocol sambel cabe tomat. Segar.
Sampai rumah, tak perlu mandi langsung saja gue terlelap.
Gue terbangun oleh ponsel gue yang berdering nyaring. Gue rasa ini sudah siang. " Bos, sorry ganggu waktu libur" kata Bagas dari bagian tim penayangan.
"Ya, semoga penting omongan lo"
" Untuk minggu ini Clover club nggak tayang ya. Soalnya ada pertandingan bola"
Kepala gue mendadak pening. Percuma lembur kalau ternyata di detik terakhir ternyata nggak tayang.
Kepala pening ini mendadak menjalar ke perut. Perih sekali, panas. "Agrhhhhh" teriakku mendadak karena sakitnya tak tertahankan. Ponselku jatuh entah kemana. Terdengar suara Bagas memanggil gue tentunya dengan panik. Rasanya mau bilang dia tolong panggilin ambulans tapi badan gue lemas banget. Sakit.
Tiba-tiba rasanya lemas dan gue sepertinya pingsan. Karena bangun-bangun gue udah ada di ruangan yang gue yakini ini rumah sakit.
Infus sudah menancap di lengan. Gue bingung harus panggil siapa tapi untuk gerak saja sakit sekali terutama di perut kanan bawah gue. Kebetulan dokter jaga lewat dan melihat gue strugle sama semuanya.
" Sudah bangun rupanya" Kirana, ya gue yakin dokter ini Kirana.
" Hai Fran. Apa kabar? Oh kayaknya kurang baik karena masuk UGD. Gimana masih sakit perutnya?"
"Nggak sesakit sebelumnya sih."
" Gue cek USG dulu ya"