Tatkala

@mahartania__
Chapter #2

Itu Istimewanya Kamu

Sudah pukul 02.00. Pilar akhirnya kembali ke tempat kosnya. Motor melaju pelan agar tidak bising dan tidak mengganggu warga komplek. Dari kejauhan dia mendapati seorang pemuda berdiri di depan pagar sebuah rumah mewah. Pemuda itu hanya diam termenung saat pintu pagar ditutup dari dalam oleh seorang bapak-bapak berbaju safari yang tampak tak acuh kepada pemuda itu.

“Ngapain nih orang bengong doang di depan pagar malam-malam? Diusir apa kenapa?” Sedikit rasa penasaran melintas di benak Pilar. Dia memperlambat laju motornya dan membuka kaca helmnya. Pemuda itu benar-benar dia perhatikan. Tingginya sedikit di atas rata-rata pria Indonesia. Mungkin sekitar 180 cm. Meski tinggi tapi badannya tidak terlihat besar atau kekar. Pemuda itu memakai kemeja lengan pendek berwarna biru muda, celana jogger berwarna hijau army, dan sepatu loafers berwarna cokelat. Potongan rambutnya ala anak muda zaman sekarang. Dari penampilannya dia tidak terlihat berbahaya. Malah cenderung modis. Sama sekali tidak seperti perampok, penagih utang, ataupun tukang pukul yang sering terlihat memakai jaket kulit hitam dan gelang atau kalung yang menyerupai rantai. Tapi ada yang aneh dengan cara dia memandangi rumah itu.

Merasa dirinya diamati, pemuda itu pun berbalik melihat ke Pilar dan kini justru pemuda itu yang terlihat heran pada Pilar.

“Udahlah, mungkin dia gak boleh masuk karena datang kemaleman,” pikir Pilar dalam hati. Pilar pun memalingkan pandangannya dari pemuda itu dan terus melaju.

***

Pilar berusaha setenang mungkin saat membuka pagar dan menggiring motornya memasuki rumah kos. Rumah kos yang berukuran cukup besar ini sebenarnya rumah tinggal biasa milik seorang nenek berusia 65 tahun yang kini tinggal sendiri setelah suaminya wafat dan ketiga orang putranya sudah memiliki rumah masing-masing. Hanya saat liburan sekolah saja ketiga putranya datang membawa istri dan anak-anak mereka. Agar tidak kesepian, ketiga kamar itu disewakan. Nenek juga mempekerjakan seorang asisten rumah tangga bernama Mbak Mar yang ikut tinggal di rumah itu bersama Lela; anaknya yang baru berusia lima tahun.

Pilar berjingkat menuju kamarnya. Dia tidak ingin Nenek atau Mbak Mar tahu bahwa dia baru pulang pukul dua pagi. Mereka sangat baik, Pilar tidak ingin membuat mereka cemas dengan perubahan sikap Pilar. Pilar pun yakin, tidak hanya dirinya yang kehilangan Intan, tapi Nenek, Mbak Mar, apalagi Lela, pasti merindukan Intan juga. Intan sering menemani Nenek menjahit, membantu Mbak Mar memasak, bahkan Intan juga selalu pasrah setiap kali Lela menjadikannya objek eksperimen make-up menggunakan cat air. Intan punya tempat di hati mereka.  

Lihat selengkapnya