Belum terlalu lama Pilar tertidur menelungkup di mejanya ketika suara kucing yang menggeram dan mendesis dengan gaduh di luar kamarnya membuatnya perlahan terbangun. Matanya sedikit-sedikit terbuka. Dalam keremangan, Pilar melihat sesosok wajah menyorong begitu dekat dengan wajahnya sendiri. Mata Pilar pun langsung membelalak seraya dirinya melonjak dari kursi hingga jatuh kehilangan keseimbangan.
Entah sudah berapa lama sosok itu mengawasinya tidur. Pilar berulang kali menampar wajahnya dengan harapan dia akan segera bangun dari mimpinya. Tapi dia tidak pernah terbangun, karena itu bukan mimpi. Sosok itu nyata. Berdiri tegak di depannya dengan wajah agak pucat serta lebam dan sedikit darah kering di kening sebelah kanannya. Bulu kuduk Pilar berdiri, sekujur tubuhnya merinding. Suara kucing makin menambah seram suasana. Sosok itu maju mendekat, membuat Pilar sontak mundur menjauh.
Tiba-tiba sosok itu tersenyum dan perlahan senyumnya berubah menjadi tawa. Pilar makin bingung. Dia merasa seperti pernah melihat sosok itu, tapi dia tidak yakin.
“Lu beneran bisa lihat gue?” tanya sosok itu.
Pilar masih berusaha memahami situasi, napasnya masih tersengal-sengal. Sosok itu tiba-tiba menghilang dan dalam sekejap muncul lagi persis di samping Pilar dan membuat Pilar kembali tersentak. Sosok itu terus melakukannya. Menghilang dan muncul kembali di berbagai titik untuk mengecek apakah mata Pilar bisa terus mengikuti pergerakannya. “Lu bener-bener bisa lihat gue, kan? Hahaha. Yes! Yes! Yes!” Sosok itu tertawa keras
Pilar berusaha menenangkan dirinya, dia mengontrol rasa takutnya sampai akhirnya dia bisa memahami keadaan. “Pantes aja bapak-bapak yang tadi nutup pagar kayak nggak ngelihat cowok ini,” pikir Pilar dalam hati.
“Kenapa lu gangguin gue?” tanya Pilar tegas.