Tibalah mereka di Dusk9, tempat Papa Rian sering menghabiskan malamnya. Kafe ini sangat eksklusif. Semua pengunjungnya membawa mobil mewah. Hanya Pilar yang datang naik motor butut dan membuat petugas parkir sempat bingung dan akhirnya mempersilakan Pilar parkir di tempat parkir motor karyawan.
Tempat ini cukup ramai tapi tidak bising sehingga masih nyaman untuk mengobrol. Pengunjungnya rata-rata berusia 30 tahun ke atas dan semuanya dari kalangan pemilik pohon uang yang datang ke sini sekadar untuk menghalau sepi atau untuk melobi suatu proyek. Ini memang bukan tempat untuk anak muda yang senang berjoget ditemani musik bervolume keras.
Pilar memilih duduk di bar dengan harapan bisa mengorek informasi dari bartender.
“Mas, ice lemon tea ya.” Pilar memesan minum.
Sambil menunggu, Pilar membuka ponselnya dan mendapati notifikasi dari Facebook. Seorang teman mengunggah dan men-tag Pilar dalam foto yang diambil tiga tahun lalu saat kantor mereka mengadakan acara buka puasa bersama di sebuah restoran. Di foto itu juga ada Intan, tersenyum ceria sambil menggenggam mesra lengan Pilar.
Hanya sebuah foto. Tapi efeknya membuat Pilar harus menarik napas panjang untuk melawan sesak di dadanya.
Lamunannya buyar saat ice lemon tea pesanannya disajikan. Pilar mendongak untuk berterima kasih. Tapi dia tak bisa menutupi keterkejutannya saat melihat bahwa yang menyajikan minuman itu adalah bartender perempuan berparas cantik.
“Gratis,” kata si bartender cantik itu.
“Hah?” Pilar tidak mengerti kenapa dia tidak perlu membayar.
“Bertahun-tahun gue di bar, baru kali ini ada cowok pesannya ice lemon tea. Gue pikir, menarik juga nih cowok. Jadi, gue bilang ke teman gue, si bartender yang tadi lu pesan minum, supaya gue aja yang bikinin dan anterin ice lemon tea lu.”
Perempuan ini tanpa ragu menunjukkan ketertarikannya pada Pilar tapi Pilar tetap diam, tidak tahu bagaimana harus bersikap hingga lagi-lagi, perempuan itulah yang harus kembali memancing percakapan, “Ini pertama kalinya lu ke sini, kan? Gue nggak pernah lihat elu sebelumnya.”
“Iya, ini pertama kalinya. Gue ke sini buat ketemu Om Bram. Lu kenal?”
Si bartender perempuan itu langsung mengangkat kedua tangannya, “Okay, so you’re gay. Fine. Gue nggak akan ganggu.”